MEDAN | patrolipost.com – Seorang sopir bernama Liber Junianto Hutasoit menjadi saksi di sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan hakim PN Medan Jamaluddin. Dalam persidangan, Junianto bercerita dirinya pernah lima kali diminta oleh istri Jamaluddin, Zuraida Hanum, yang kini menjadi terdakwa untuk membunuh Jamaluddin.
Hakim awalnya bertanya soal awal Junianto kenal dengan Zuraida. Junianto, yang merupakan sopir freelance, kemudian menjelaskan soal awal perkenalannya dengan Zuraida hingga akhirnya dia diminta Zuraida datang ke rumah untuk diberi pekerjaan mengantar jemput paket dan sesekali menjadi driver.
“Apakah ada tugas lain yang ditawarkan ke saudara?” tanya hakim di PN Medan, Rabu (6/5/2020).
“Ada di awal 2019,” jawab Junianto.
Hakim kemudian bertanya apa tugas yang ditawarkan tersebut. Junianto menyebut dirinya ditawari tugas untuk membunuh Jamaluddin yang merupakan suami Zuraida.
“Untuk menghabisi Pak Jamal,” ucap Junianto.
“Zuraida meminta saudara untuk menyelesaikan, maksudnya menyelesaikan ini apa?” tanya hakim.
“Membantu dia membunuh (bapak) Pak Jamaluddin,” jawab Junianto.
Dia mengatakan Zuraida sempat lima kali menawarkan agar Junianto membunuh Jamaluddin. Dia mengatakan Zuraida beralasan karena Jamaluddin selingkuh.
“Tiga sampai lima kali. Untuk di mobil tiga kali, terus telepon juga,” ucapnya.
“Alasannya karena mendiang Pak Jamal sering selingkuh, terus kasar terhadap ibu itu, pulang larut malam,” sambung Junianto.
Dia mengaku menolak semua permintaan itu. Zuraida, kata Junianto, sempat menawari imbalan yakni membatu membuka usaha jika mau membunuh Jamaluddin.
“Saya menolak, kelima-limanya. Ya saya kenal sama mendiang, bapak dari anak. Kita nggak sanggup, masalah hati,” tuturnya.
Junianto pun mengaku berhenti bekerja dengan Zuraida karena berulang kali diminta membunuh Jamaluddin. Dia mengaku sempat mengarang cerita seolah dirinya ditangkap polisi sehingga bisa berhenti bekerja.
“Saya selalu didesak, kebetulan ada saudara tugas di Polsek Patumbak, jadi saya buat seolah-olah saya ditangkap biar berhenti. Karena pekerjaannya nggak manusiawi,” tuturnya.(305/dtc)