JAKARTA | patrolipost.com – Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Adib meminta kepada umat Islam untuk menunggu hasil Sidang Isbat yang akan digelar pada 1 April esok untuk menentukan awal puasa Ramadan tahun 2022.
Hal itu ia sampaikan merespons kemungkinan terjadi perbedaan Awal Ramadan 1443 Hijriah karena metode penetapan yang digunakan tidak sama. Ada yang akan mengawali Ramadan pada 2 April 2022 dan kemungkinan ada pula yang mulai puasa pada 3 April 2022.
“Kita tunggu hasil Sidang Isbat,” kata Adib di Jakarta, Kamis (31/3/2022).
Adib menjelaskan Sidang Isbat dihelat oleh Kementerian Agama berdasarkan amanah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Adib mengatakan Sidang Isbat akan dihadiri oleh MUI, perwakilan ormas Islam, DPR, serta kementerian dan lembaga terkait. Kementerian Agama berperan sebagai fasilitator bagi para ulama, ahli, dan cendekiawan untuk bermusyawarah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Forum ini sekaligus menjadi sarana untuk berdiskusi.
“Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman,” jelasnya
Terkait perbedaan penentuan awal Ramadan, Adib mengaku bahwa potensi itu bisa saja terjadi. Fenomena ini dikarenakan adanya perbedaan metode penetapan awal Ramadan. Ada yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal, ada yang menggunakan Imkanur-Rukyat.
“Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyu’an dalam menjalani ibadah puasa,” pesannya.
Terpisah, Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi menjelaskan pada hari pelaksanaan rukyat, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.
Fakta ini yang menjadi dasar bagi mereka yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal untuk menetapkan awal Ramadan bertepatan 2 April 2022.
Sementara Kemenag, sebagaimana fatwa MUI, menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah berdasarkan metode Hisab dan Rukyat. Hasil perhitungan astronomi atau Hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode Rukyat (pemantauan di lapangan).
“Apalagi, kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), awal bulan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadan,” kata dia.
Sebagai informasi, LAPAN BRIN menduga awal Ramadan 1443 Hijriah versi pemerintah akan jatuh pada Minggu 3 April 2022. Hal itu berbeda dengan versi Muhammadiyah yang jatuh pada 2 April 2022.
Profesor riset bidang Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin, mengatakan hasil pengamatan terkini menunjukkan hilal belum akan terlihat pada 1 April. Ketinggian hilal pada 1 April hanya sedikit di atas 2 derajat.
Kemudian Thomas menambahkan apabila hilal tidak terlihat pada 1 April, maka jumlah hari pada bulan Sya’ban akan genap 30 hari, dan awal Ramadan jatuh pada hari berikutnya. (305/snc)