Bertindak Rasis, Khofifah Sanksi Tegas Guru SMA Pakusari Jember

kofifah 5555xxx
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menemui siswa program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem). (ist)

SURABAYA | patrolipost.com – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menemui siswa SMA Negeri Pakusari Jember. Dia memastikan pembelajaran berjalan baik dan normal usai viralnya video seorang guru yang memanggil salah seorang murid dengan panggilan yang dianggap rasis.

Siswa tersebut merupakan peserta Program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem). Program Adem merupakan salah satu upaya pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk pemerataan kualitas Pendidikan. Khususnya bagi anak-anak Papua dan Papua Barat terbaik serta daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) lainnya. Mereka disiapkan agar memiliki kemampuan belajar yang setara dengan sebagian besar anak-anak di Pulau Jawa dan Bali.

”Insya Allah semua permasalahan sudah diselesaikan dengan baik dengan cara-cara kekeluargaan. Keduanya pun telah saling memaafkan,” ungkap Khofifah.

Gubernur Khofifah memastikan, oknum guru yang bermasalah tersebut telah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Saat ini yang bersangkutan juga menjalani sanksi dipindahtugaskan dari SMAN Pakusari Jember.

”SMA ini kan ada dalam koordinasi Pemprov Jatim. Jadi guru yang bersangkutan akan mendapatkan penugasan di tempat lain. Yang bersangkutan mendapatkan sanksi dengan dipindahtugaskan ke tempat lain yang tidak terkait dengan proses belajar mengajar. Kemudian hal-hal yang terkait dengan proses pembelajaran di SMAN Pakusari kita harapkan semua berjalan seperti semula termasuk murid yang ada dalam Program Adem semuanya bisa berjalan seiring dengan harapan dan cita-cita mereka,” kata Khofifah.

Khofifah berharap permasalahan seperti itu tidak terulang lagi di seluruh sekolah di Jatim. Sekolah, sebagaimana mestinya memberi penguatan nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Terlebih, Indonesia adalah negara yang majemuk, yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, budaya, dan adat istiadat.

”Bagaimanapun persoalan seperti ini sebisa mungkin mesti diselesaikan dengan dialog yang teduh dan penuh kedamaian karena pada dasarnya semua adalah keluarga,” terang Khofifah.

Menurut dia, permasalahan itu menjadi perhatian dan pembelajaran untuk semua. Isu kesetaraan terus menjadi kesadaran bersama. Masyarakat kini semakin cerdas, kritis, dan mendambakan posisi dan peluang yang sama dalam kehidupan.

”Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah sehingga tidak boleh ada yang merendahkan karena isu SARA. Mari kita semua belajar agar kehidupan harmonis terus terjaga,” tutur Khofifah.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan, memiliki kedekatan tersendiri dengan Tanah Papua. Dia telah beberapa kali berkunjung ke Papua seperti Puncak Jaya, Wamena, dan Tolikara. Bahkan bersama almarhum Gus Dur dan Franky Sahilatua dulu kerap menyanyikan lagu-lagu Papua.

”Artinya bahwa saya dan Tanah Papua itu sangat dekat. Jawa Timur punya nilai luhur kekeluargaan, termasuk dengan Papua. Mari kita jaga kekeluargaan dan persaudaraan kita bahwa Jatim adalah rumah bagi semua,” ucap Khofifah.

Khofifah juga melakukan dialog dengan para siswa program Adem. Gubernur juga menyanyikan lagu Tanah Papua dan juga membagikan tali asih serta pakaian olahraga dengan logo Burung Garuda.

Khofifah menjelaskan, anak-anak Papua yang bersekolah di Jember memiliki cita-cita melanjutkan pendidikan di Jatim. Yakni di beberapa perguruan tinggi di Jatim seperti Malang dan Surabaya. Bahkan beberapa anak bercita-cita menjadi dokter, manager, pengusaha, termasuk TNI dan Polri.

”Ada cita-cita yang harus terjaga mudah-mudahan dikabulkan Tuhan. Ada yang cita-citanya bukan menjadi pekerja tapi cita-citanya justru menjadi pengusaha. Semua cita-cita yang luar biasa ini tentu diikuti dengan kerja keras kita semua. Inilah yang kita ingin bisa terjaga proses belajar mengajarnya. Guru-gurunya mengajar dengan baik dan anak-anak bisa mengikuti belajar dengan baik,” papar Khofifah. (305/jpc)

Pos terkait