BANGLI | patrolipost.com – Bangli Dog Lovers merupakan komunitas pencinta bintang khususnya anjing di Bangli. Komunitas ini berdiri setahun terakhir dengan jumlah anggota 4 orang. Komunitas ini fokus menyelamatkan anjing yang tak bertuan atau ditemukan berkeliaran di tempat umum. Di balik kegiatan yang digeluti komunitas ini ternyata masih terkendala tidak ada tempat penampungan.
Salah satu anggota Bangli Dog Lover I Gusti Made Anom Diputra mengaku memang sudah sejak lama hoby memelihara anjing. Kegemarannya memelihara anjing mendapat dukungan dari istri dan anaknya. “Sejatinya kami sudah sejak 10 tahun gemar pelihara anjing,” ungkap Anom Diputra, Senin (14/11/2022).
Menurut Anom Adiputra, komunitas ini beranggotakan orang-orang yang memang pencinta anjing. Di balik kegemaran akan anjing, muncul kegelisahan anggota ketika menemukan banyak anjing yang tidak diurus secara layak atau dibiarkan berkeliaran di tempat umum.
”Banyak anjing yang memang sengaja dibuang pemiliknya, kebanyakan yang dibuang anjing betina,” kata pria asal Banjar/Kelurahan Bebalang, Bangli ini.
Sebut Anom Diputra, dalam memantau keberadaan anjing liar tiap anggota memiliki wilayah masing- masing yakni melakukan pemantauan di seputaran Kota Bangli, kawasan LC Aya Bebalang, Pasar Kidul dan Kelurahan Kubu. Kawasan yang jadi pemantauan memang kerap kali dijadikan tempat membuang anjing.
Lanjut Anom Diputra anjing liar yang berhasil diamankan akan dirawat secara layak baik itu dari segi kesehatanya maupun untuk makannya.
”Yang namanya anjing liar tentu dari segi kesehatan kurang terawat, makanya untuk mengecek kesehatan kami datangkan dokter hewan, kadang anjing yang kami amankan kondisinya sangat memprihatinkan,” ujar pria yang juga staf di DPRD Bangli ini.
Disinggung soal biaya yang dikeluarkan untuk pakan dan cek kesehatan, kata Anom Diputra, biaya dari urunan anggota. Pihaknya merawat anjing belasan ekor yakni 7 ekor bertempat di dekat kantor PMI Bangli dan 8 ekor dirawat di rumah. Untuk biaya pakan belasan ekor anjing, Anom Diputra mengaku merogoh kocek puluhan ribu rupiah per harinya.
”Apa yang kami lakukan selain didasari hoby juga sebagai upaya pencegahan penyebaran rabies, apalagi penyebaran rabies dominan dari anjing liar,” sebutnya, sambil menambahkan, biasanya untuk anjing yang sudah dirawat, setelah kondisinya benar-benar pulih akan diadopsi.
Di balik kegiatan mulia yang dilakoni komunitas ini ternyata kendala utama yang dihadapi yakni tidak tersedianya tempat penampungan anjing. Selama ini anjing liar ada yang dirawat di rumah atau dibiarkan di lokasi.
“Jika ada tempat penampungan kita bisa lebih fokus lakukan perawatan,” ujarnya. (750)