Nakba Terulang, Netanyahu Persilakan Warga Palestina Keluar dari Gaza

pengungsi1
Kondisi miris warga Gaza yang kelaparan berebut batuan makanan. (ist)

KAIRO | patrolipost.com – Israel menyerang kota utama wilayah Gaza sebelum rencana pengambilalihan dan kembali mengundang warga Palestina untuk pergi sementara. Kepala negosiator kelompok militan Hamas mengadakan perundingan dengan mediator Mesir mengenai potensi gencatan senjata dalam perang Gaza pada Rabu (13/8/2025).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali sebuah gagasan  yang sebelumnya diutarakan dengan antusias oleh Presiden AS Donald Trump bahwa warga Palestina harus meninggalkan daerah kantong yang menampung lebih dari 2 juta orang setelah hampir dua tahun konflik.

Bacaan Lainnya

“Mereka tidak akan diusir, mereka akan diizinkan keluar,” katanya dalam wawancara dengan saluran televisi Israel i24NEWS.

“Semua orang yang peduli terhadap Palestina dan mengatakan mereka ingin membantu Palestina harus membuka gerbang mereka dan berhenti menguliahi kami,” tegasnya, menuntut aksi nyata negara-negara pro Palestina.

Orang-orang Arab dan banyak pemimpin dunia terkejut dengan gagasan penggusuran penduduk Gaza, yang menurut Palestina akan seperti “Nakba” (bencana) lainnya ketika ratusan ribu orang melarikan diri atau dipaksa keluar selama perang tahun 1948.

Rencana Israel untuk merebut kembali Kota Gaza kemungkinan masih beberapa minggu lagi. Itu berarti gencatan senjata masih mungkin terjadi meskipun perundingan telah gagal dan konflik masih berkecamuk.

Menurut penduduk setempat, pesawat dan tank Israel membombardir wilayah Timur Kota Gaza secara besar-besaran, dengan banyak rumah hancur di lingkungan Zeitoun dan Shejaia semalaman. Rumah sakit Al-Ahli mengatakan 12 orang tewas dalam serangan udara di sebuah rumah di Zeitoun.

Tank-tank juga menghancurkan beberapa rumah di Timur Khan Younis di Gaza Selatan, sementara di pusat kota, tembakan Israel menewaskan sembilan pencari bantuan dalam dua insiden terpisah, kata petugas medis Palestina.

Pertemuan kepala negosiator Hamas, Khalil Al-Hayya, dengan para pejabat Mesir di Kairo pada hari Rabu berfokus pada penghentian perang, penyaluran bantuan.

“Mengakhiri penderitaan rakyat kami di Gaza,” ujar pejabat Hamas, Taher al-Nono, dalam sebuah pernyataan.

Kemungkinan Gencatan Senjata

Sumber keamanan Mesir mengatakan perundingan tersebut juga akan membahas kemungkinan gencatan senjata komprehensif yang akan membuat Hamas melepaskan kendali di Gaza dan menyerahkan persenjataannya.

Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu terbuka terhadap semua usulan jika Israel menarik diri.

“Meletakkan senjata sebelum pendudukan berakhir adalah hal yang mustahil,” kata pejabat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu.

Rencana Netanyahu untuk memperluas kendali militer atas Gaza, yang menurut sumber-sumber Israel dapat diluncurkan pada bulan Oktober, telah meningkatkan kecaman global atas kehancuran, pengungsian, dan kelaparan yang meluas di wilayah kantong tersebut.

Para menteri luar negeri dari 24 negara, termasuk Inggris, Kanada, Australia, Prancis, dan Jepang, mengatakan pekan ini bahwa krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai “tingkat yang tak terbayangkan” dan mendesak Israel untuk mengizinkan bantuan tanpa batas.

Israel membantah bertanggung jawab atas kelaparan tersebut, menuduh Hamas mencuri bantuan. Israel mengatakan telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengiriman, termasuk jeda pertempuran harian di beberapa wilayah dan rute yang dilindungi untuk konvoi bantuan.

Militer Israel pada hari Rabu mengatakan bahwa hampir 320 truk memasuki Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom dan Zikim dan bahwa hampir 320 truk lainnya dikumpulkan dan didistribusikan oleh PBB dan organisasi internasional dalam 24 jam terakhir bersama dengan tiga tanker bahan bakar dan 97 palet bantuan yang dijatuhkan dari udara.

PBB dan Palestina mengatakan bantuan yang masuk ke Gaza masih jauh dari mencukupi.

Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan pimpinan Hamas menyerbu Israel Selatan, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang, menurut data Israel. Namun, pembalasan Israel jauh lebih dashyat. Serangan Israel terhadap Hamas di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat. (pp04)

Pos terkait