TEL AVIV | patrolipost com – Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Tel Aviv untuk menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam meningkatkan eskalasi perang Gaza yang telah berlangsung hampir dua tahun. Para demonstran menuntut segera diakhirinya kampanye tersebut dan pembebasan para sandera. Aksi tersebut dilakukan ribuan demonstran pada Sabtu (9/8/2025) malam.
Sehari sebelumnya, kantor perdana menteri mengatakan kabinet keamanan, yang terdiri dari sekelompok kecil menteri senior, telah memutuskan untuk merebut Kota Gaza. Sekaligus memperluas operasi militer di wilayah Palestina yang hancur tersebut meskipun adanya penentangan publik yang meluas dan peringatan dari militer bahwa langkah tersebut dapat membahayakan para sandera.
“Ini bukan sekadar keputusan militer. Ini bisa menjadi hukuman mati bagi orang-orang yang paling kita cintai,” ujar Lishay Miran Lavi, istri sandera Omri Miran, dalam demonstrasi tersebut, memohon kepada Presiden AS Donald Trump untuk segera turun tangan dan mengakhiri perang.
Jajak pendapat publik menunjukkan mayoritas warga Israel mendukung diakhirinya perang segera untuk mengamankan pembebasan 50 sandera yang tersisa yang ditawan militan di Gaza. Para pejabat Israel yakin sekitar 20 sandera masih hidup.
Pemerintah Israel telah menghadapi kritik tajam di dalam dan luar negeri, termasuk dari beberapa sekutu terdekatnya di Eropa, atas pengumuman bahwa militer akan memperluas perang. Kabinet penuh diperkirakan akan memberikan persetujuannya paling cepat pada hari Minggu (10/8/2025).
Sebagian besar sandera yang telah dibebaskan sejauh ini muncul sebagai hasil negosiasi diplomatik. Perundingan menuju gencatan senjata yang seharusnya dapat membebaskan lebih banyak sandera gagal pada bulan Juli.
“Mereka (pemerintah) fanatik. Mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan negara,” kata Rami Dar, pensiunan berusia 69 tahun, yang datang dari pinggiran kota terdekat di luar Tel Aviv, menyuarakan seruan agar Trump memaksakan kesepakatan bagi para sandera.
Tel Aviv telah menyaksikan demonstrasi yang sering mendesak pemerintah untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan dengan Hamas, yang memicu perang dengan serangan mereka pada Oktober 2023. Demonstrasi hari Sabtu menarik lebih dari 100.000 pengunjuk rasa, menurut penyelenggara.
“Sejujurnya, saya bukan ahli atau semacamnya, tetapi saya merasa setelah dua tahun pertempuran, tidak ada keberhasilan,” kata Yana (45), yang menghadiri demonstrasi tersebut bersama suami dan dua anaknya.
“Saya bertanya-tanya apakah tambahan nyawa bagi kedua belah pihak, bukan hanya warga Israel tetapi juga warga Gaza, akan membuat perbedaan,” sambungnya.
Dalam unjuk rasa tersebut sebagian pengunjuk rasa memegang gambar anak-anak Gaza yang dibunuh oleh militer. Para pengunjuk rasa lainnya mengibarkan bendera Israel dan membawa plakat bergambar para sandera. Demonstran lainnya membawa plakat yang menunjukkan kemarahan terhadap pemerintah atau mendesak Trump untuk mengambil tindakan guna menghentikan Netanyahu melanjutkan rencana eskalasi perang.
Beberapa sekutu koalisi sayap kanan Perdana Menteri telah mendorong pengambilalihan total Gaza. Militer telah memperingatkan bahwa hal ini dapat membahayakan nyawa para sandera di Gaza.
Menteri sayap kanan Bezalel Smotrich, seorang pendukung kelanjutan perang, mengeluarkan pernyataan pada hari Sabtu yang mengkritik Netanyahu dan menyerukan aneksasi sebagian besar wilayah Gaza.
Netanyahu mengatakan kepada Fox News dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada hari Kamis bahwa militer bermaksud untuk menguasai seluruh Gaza tetapi Israel tidak ingin mempertahankan wilayah tersebut.
Pengumuman dari kantor Perdana Menteri pada Jumat pagi menyatakan bahwa militer akan merebut Kota Gaza, tetapi tidak secara eksplisit mengatakan apakah pasukan Israel akan merebut seluruh wilayah tersebut.
Mengutip Reuters, Tal, seorang guru SMA berusia 55 tahun mengatakan dalam demonstrasi di Tel Aviv bahwa memperluas perang adalah “mengerikan”, memperingatkan bahwa hal itu akan mengakibatkan kematian tentara dan sandera, serta bersikeras bahwa perang harus diakhiri dengan penarikan militer. (pp04)