Pawai Budaya Gianyar Menghadirkan Ciri Khas 7 Kecamatan

pawai 444444
Pawai budaya menyongsong perayaan HUT Kota Gianyar selalu menjadi tontonan yang ditunggu-tunggu masyarakat di Open Stage Balai Budaya Gianyar, Kamis (17/4). (kominfo)

GIANYAR | patrolipost.com – Pawai Budaya menyongsong perayaan HUT Kota Gianyar selalu menjadi tontonan paling ditunggu-tunggu masyarakat. Hal tersebut memacu semangat duta tujuh kecamatan se-Kabupaten Gianyar untuk tampil memukau dengan menunjukkan kreasi terbaiknya di hadapan masyarakat dan tamu undangan, di Open Stage Balai Budaya Gianyar, Kamis (17/4).

Perayaan HUT ke-254 Kota Gianyar Tahun 2024 mengusung tema “Paramaguna Kalangon” yang memiliki arti martabat unggul Kabupaten Gianyar pancarkan pesona asri, indah, aman, dan nyaman. Pawai Budaya kali ini para seniman menyajikan karya kreatif yang mengarah pada penggambaran jati diri dan kekhasan budaya daerah di wilayah Kabupaten Gianyar yang selalu berkembang.

Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta, yang turut hadir pada kesempatan tersebut menyampaikan, pawai budaya ini diapresiasi setinggi-tingginya karena mengedepankan tata titi Jagat Bali dimana melibatkan adat, seni, dan budaya.

“Kabupaten Gianyar memang maju dari segala aspek, jangan sampai menggerus adat dan budaya Gianyar yang memang menjadi ikon Kota Seni di Bali. Dengan pawai ini akan memberikan wadah kepada seniman dan budayawan untuk mengeluarkan karya terbaiknya. Saya berharap masyarakat yang hadir dalam pawai ini Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentram Kerta Raharja,” ujarnya.

Bupati Gianyar I Made Mahayastra menyampaikan rasa bangganya atas pawai seni dan budaya yang ditampilkan.

“Pelaksanaan pawai budaya ini, merupakan salah satu momentum kita untuk memperkenalkan, menyebarluaskan dan melestarikan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar,” ujarnya.

Bupati Mahayastra berharap pawai budaya ini tidak hanya menjadi tontonan yang indah, tetapi juga menjadi representasi utuh dari kekayaan dan keberagaman budaya Kabupaten Gianyar.

“Kami berkomitmen untuk terus mendorong dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan seni dan budaya di seluruh wilayah Gianyar, sebagai upaya nyata dalam melestarikan warisan leluhur dan memperkuat identitas Gianyar yang kita cintai,” tegasnya. Bupati Mahayastra juga menyampaikan rasa bangga, karena pawai budaya kali ini dihadiri Wakil Gubernur Bali, Nyoman Giri Prasta.

Pawai Budaya dibuka dengan penampilan memukau dari Duta Kecamatan Tegallalang yang mengangkat cerita Memelang, ritual sakral tahunan yang dilaksanakan di Desa Sebatu sebagai ungkapan rasa syukur krama subak dan doa untuk kesuburan padi. Puncaknya menampilkan ogoh-ogoh Batan Merem dari ST. Cila Mekar.

Dilanjutkan Duta Kecamatan Payangan menampilkan fragmentari yang berjudul Tirta Malung, yang menceritakan tentang perjalanan Rsi Markandiya ke Desa Melinggih Kelod Payangan, dimana beliau mendirikan tempat pemujaan yang disebut Tirta Malung. Sampai sekarang bebaturan tersebut menjadi sebuah tempat suci disebut Pura Sinutan, dan seiring perkembangan jaman yang akhirnya menjadi Pura Senetan. Puncaknya Duta Kecamatan Payangan menampilkan ogoh-ogoh Bhuta Dungulan.

Dilanjutkan penampilan dari Duta Kecamatan Tampaksiring menampilkan kesenian tari khas lokal Desa Pejeng Kaja seperti Tari Rejang Pependetan dan Tari Baris Bedil, sebagai wujud simbul atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Garapan Tematik, Kecamatan Tampaksiring menampilkan fragmentari dengan judul Asura Bhuta, yang menceritakan tentang kisah perjalanan Mayadenawa akan adanya tukad petanu. Puncaknya Duta Kecamatan Tampaksiring menampilkan ogoh-ogoh Tulak Tunggul.

Tak kalah menarik Duta Kecamatan Ubud,menampilkan karya monumental yang sudah tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu Legong Peliatan. Selain itu Duta Kecamatan Ubud juga menampilkan fragmentari yang berjudul Singa Ambara Kerta. Pucaknya Duta Kecamatan Ubud menampilkan ogoh-ogoh Catur Sanak dari STT. Pandawa Banjar Tarukan Mas.

Duta Kecamatan Sukawati membawakan garapan tematik dengan judul Mekencan Kencan, yang memiliki makna ungkapan rasa bahagia dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena seluruh rentetan sudah berjalan dengan baik. Upacara Makencan-kencan diawali dengan tarian rejang Dewa, prosesi pemendakan, prosesi metajen, gegaluhan, Tarian Gambor, persembahan Baris Miasa, dan acara Incang Incung yang diakhiri dengan Nguying atau ngurek.

Puncaknya Duta Kecamatan Sukawati menampilkan ogoh-ogoh Sapatha Kala atau Kutukan Kala.
Duta Kecamatan Blahbatuh membawakan pementasan yang berjudul Saeka Shanti yang menceritakan, tentang pesamuan dari Sembilan sekta dipadukan menjadi Tri Murti menganut paham Siwa Budha sebagai dasar agama, pembentukan Pura Kayangan Tiga dan Desa Pekraman. Dimana, tempat pelaksanaan samuan agung tersebut diberi nama Pura Samuan Tiga yang berlokasi di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Puncaknya Duta Kecamatan Blahbatuh menampilkan ogoh-ogoh Sandikala dari Sekaa Teruna Dharma Sisula.

Terakhir penampilan dari Duta Kecamatan Gianyar membawakan fragmentari dengan judul Kancing Gelung, mengisahkan perjalanan suci Dharmayatra Dang Hyang Niratha atau Dang Hyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh menuju arah timur, biasanya beliau menganugerahkan Kancing Gelung yang diletakkan di pelinggih sebagai tanda bahwa beliau pernah berdharma yatra ke pura tersebut. Puncaknya Duta Kecamatan Gianyar menampilkan ogoh-ogoh Sapta Timira. (kominfo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *