DENPASAR | patrolipost.com – Naas dialami wisatawan domestik, Noer Alifah (61). Wanita asal Surabaya ini kehilangan nyawa ketika menikmati objek wisata di Wartefall Desa Blangsinga, Gianyar, Sabtu (15/10/2022) pukul 16.00 Wita. Kini biaya perawatan selama di rumah sakit yang mencapai Rp 267 juta jadi beban keluarga.
Kerabat korban I Made Malik Adnyana (54) kepada wartawan di Denpasar, Minggu (18/12/2022) menjelaskan, peristiwa bermula saat korban datang ke objek wisata tersebut bersama rombongan. Usai membeli tiket masuk, korban bersama cucunya dan rombongan dari Surabaya berjumlah 50 orang berjalan menuju lokasi air terjun.
“Sebelum sampai di air terjun, tiba – tiba batu terjatuh dari tebing dan mengenai kepala Ibu Noer Alifah,” ungkapnya.
Cucunya yang melihat kejadian tersebut, langsung menjerit histeris. Oleh rombongan dan karyawan Blangsinga Waterfall, korban ditandu ke atas lalu dibawa ke Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Saba, Gianyar. Sampai di Rumah Sakit, korban langsung dilakukan tindakan medis dengan dilakukan pembedahan.
Dari penjelasan dr Golden, setelah operasi batok kepala disimpan di perut antara kulit dan lemak. Setelah tiga hari berselang, datang karyawan dari Dtukad yang diwakili oleh Bu Jero Pak Made Suanta dari Bendesa Adat Blangsinga menjenguk membawa buah-buahan dan roti.
“Selain itu, mereka juga mau memberi uang untuk pasien lima juta rupiah. Namun kami dari pihak keluarga menolak uang tersebut,” terangnya.
Sepekan menjalani perawatan, nyawa korban tidak dapat tertolong. Pihak keluarga kemudian dipanggil oleh managemen Rumah Rakit dan menjelaskan bahwa tagihan yang harus dibayar sebesar Rp267 juta. Segala upaya dilakukan oleh pihak keluarga untuk membayar tagihan sebanyak itu. Di satu sisi, mereka hanya menerima uang santunan dari Dtukad Rp25 juta, dan Jasa Raharja Rp27,5 juta.
“Dari Rp267 juta, kami baru bayar Rp108 juta. Di mana uang itu berasal dari Dtukad dan Jasa Raharja sebesar Rp52,5 juta, uang keluarga Rp55,5 juta. Kemudian kami dapat potongan Rp11 juta, sehingga kami masih punya utang Rp148 juta di rumah sakit,” terangnya.
Dikatakan Made Malik Adnyana, pihak keluarga sempat didatangi staf Oleh-oleh Krisna untuk menyerahkan uang Rp20 juta, Bendesa Adat Blangsinga Rp7,5 juta dan Dtukad Rp10 juta. Namun ia mengaku meminta agar uang tersebut ditunda diserahkan, dikarenakan pihak keluarga masih kekurangan uang untuk membayar sisa tagihan yang jumlahnya masih besar.
“Meski sudah kehilangan keluarga, kami tidak menuntut apa-apa. Kami hanya meminta kepada managemen objek wisata atau yang bertanggung jawab untuk membantu membayar biaya rumah sakit sebesar Rp267 juta. Itu saja permintaan kami,” pungkasnya. (007)