BANGLI | patrolipost.com – Nasib tragis dialami I Nyoman Nyelem (80), asal Banjar Penglumbaran Kawan, Desa Penglumbaran, Kecamatan Susut, Bangli. Pria yang berprofesi sebagai penyadap nira ini meregang nyawa setelah jatuh saat memanjat pohon enau, Sabtu (5/12/2020) sekira pukul 07.00 Wita.
Informasi yang berhasil dihimpun, korban pertama kali ditemukan dalam posisi tergeletak di bawah pohon enau dengan kondisi dari hidung dan telinga keluar darah oleh Ni Wayan Suri. Saksi Wayan Suri saat itu mau membuang abu di tegalan yang lokasinya tepat di depan rumahnya.
Selanjutnya Ni Wayan Suri meminta pertolongan dengan memanggil menantu korban yakni Nyoman Sudiatrta dan cucu korban I Wayan Sentana Putra serta I Nengah Merta Yasa. Selanjutnya menantu dan cucu korban langsung bergegas menuju lokasi tempat korban jatuh. Sampai di lokasi korban ditemukan sudah tergeletak di bawah pohon enau dengan posisi miring dan kepala menghadap ke Barat serta dari hidung dan telinga keluar darah.
Selanjutnya korban diangkat dengan tujuan untuk dibawa ke RSUD Bangli. Namun dalam perjalanan dari tegalan menuju rumah, korban menghembuskan nafas terakhirnya. Kasus ini kemudian dilaporkan ke pihak Kepolisian.
Selang beberapa menit kemudian petugas Kepolisian bersama tim medis mendatangi rumah duka.
Kasubag Humas Polres Bangli AKP Sulhadi saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut dan petugas sudah turun melakukan olah TKP.
”Begitu mendapat laporan petugas langsung turun ke lokasi untuk melakukan olah TKP serta memintai keterangan saksi,” ujarnya.
Lanjut AKP Sulhadi, dari hasil pemeriksn medis yang dilakukan oleh petugas dari bidan Desa Penglumban yakni Ni Nengah Sutriayani, pada tubuh korban ditemukan luka pada pelipis dan pipi dengan panjang 2 cm, retak pada tulang pipi kanan dan keluar darah dari hidung serta dari telinga kanan.
“Mengacu hasil olah TKP kuat dugaan korban terjatuh saat memanjat pohon enau untuk menyadap nira. Saat memanjat, korban tidak menggunakan alat pengaman,” sebut AKP Sulhadi.
Atas kejadian tersebut dari pihak keluarga menerima kematian korban karena menganggap sebagai sebuah musibah.
“Pihak keluarga korban menolak dilakukan otopsi dan dikuatkan dengan surat pernyataan,” tegas AKP Sulhadi. (750)