LABUAN BAJO | patrolipost.com – Pandemi Covid 19 yang telah mewabah di tahun 2020 mengakibatkan sektor industri pariwisata nasional lumpuh total. Pemberlakuan pembatasan aktifitas atau lockdown di beberapa negara mengakibatkan menurunnya arus kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Pembatasan aktifitas di beberapa daerah di Indonesia pun menyebabkan kunjungan wisatawan domestik ke beberapa Destinasi Wisata favorit seperti Bali, Lombok dan Labuan Bajo pun menurun drastis. Turunnya kunjungan ini pun memberikan dampak negative terhadap ekonomi, baik bagi para pengusaha hotel dan restaurant maupun pelaku pariwisata di destinasi wisaata favorit tersebut.
Pariwisata Indonesia mengalami kerugian yang ditimbulkan dari berbagai faktor penunjang pariwisata. Salah satunya yakni aktifitas pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran atau MICE. Selama tahun 2020, aktifitas MICE di Indonesia harus mengalami kerugian hingga mencapai Rp 4,5 triliun sebagai akibat berhentinya aktifitas kunjungan wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara.
Di tahun 2021 dalam rangka mempercepat kegiatan pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran MICE dalam tatanan kenormalan baru, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menyusun rancangan panduan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan (CHSE) pada penyelenggaraan kegiatan pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau MICE.
Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) menjelaskan, penyusunan panduan CHSE ini dilakukan bersama dengan INACEB (Indonesia Convention and Exhibition Bureau), serta melibatkan masukan yang signifikan dari stakeholders MICE. Panduan ini lanjutnya merupakan panduan operasional dari Keputusan Menteri Kesehatan tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), yang diturunkan pada pelaksanaan kegiatan MICE di Indonesia.
Labuan Bajo sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas yang ada di Indonesia selain Borobudur, Toba, Mandalika dan Likupang, pun menjadi tempat dilaksanakannya sosialisasi dan panduan pelaksanaan CHSE. Di Labuan Bajo, sosialisasi melibatkan semua stakeholder penyelenggara MICE yang ada diantaranya perwakilan hotel, restaurant, tempat tempat penyedia pameran, guide dan tour agent.
Ketentuan yang termuat dalam panduan ini juga mengacu pada protokol dan panduan yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO), Travel & Tourism Council (WTTC) serta Asosiasi MICE nasional dan internasional seperti ICCA, UFI, AIPC, serta ASPERAPI.
Sementara itu Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina berharap Panduan pelaksanaan CHSE dalam aktifitas MICE mampu memberikan pemahaman yang sama bagi para stakeholder terkait penerapan Protokol Kesehatan dalam setiap kegiatan MICE yang diselenggarakan.
“Besar harapan kami, seluruh stakeholders MICE yang saat ini bergabung, untuk bersatu dan berkolaborasi memberikan new insights dalam penyempurnaan dan pemahaman substansi rancangan panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan pada Kegiatan Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) ini, “ ujar Shana saat mengikuti sosialisasi via online, Selasa (23/3/2021).
Diharapkan sektor MICE kembali siap dan mampu bangkit untuk memacu pertumbuhan dan kreativitas lebih baik dari sebelumnya, dan menjadkan Indonesia sebagai destinasi MICE yang aman, nyaman dan mempunyai Value Proposition yang dapat memenangkan persaingan di dunia Internasional.
Selain Itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Agustinus Rinus berharap Sosialisasi Panduan CHSE pada setiap penyelenggaraan MICE di Labuan Bajo mampu dijadikan budaya baru bagi pelaku pariwisata. Sosialisasi ini juga mampu menjadikan Labuan Bajo sebagai Hub Pariwisata Baru selain Bali dan Lombok.
“Harapannya, kegiatan MICE bisa menerapkan Protokol Kesehatan secara baik. Hotel dan resto bisa mendapatkan pelatihan dan pendampingan, supaya yang namanya CHSE mampu menjadi budaya baru. Saya punya keyakinan Labuan Bajo akan menjadi Hub baru. Membangun Segitiga Emas Bali, Lombok dan Labuan Bajo. Dibangun secara baik dan tentu perlu didorong dengan peningkatan aksesibilitas,” ujar Agustinus.
Pentingnya percepatan penyelenggaraan MICE dalam dunia pariwisata juga sangat dinantikan oleh para pengelola hotel yang ada di Labuan Bajo. General Manager Jayakarta Hotel, Reynes Sahadoen menyampaikan saat kondisi normal, bidang MICE menyumbangkan pendapatan terbesar bagi Jayakarta Hotel Labuan Bajo.
“Waktu normal hampir 70 persen pendapatan hotel itu datangnya dari MICE. Kami telah mendapatkan sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwisata, saat ini setiap wisatawan luar negeri yang hendak melakukan reservasi pasti menanyakan apakah hotel kita sudah memiliki sertifikat tersebut. Itu sangat oenting bagi mereka dan hotel kami pun sudah siap menerapkan CHSE pada setiap penyelenggaraan MICE di hotel kami,” ujar Reynes.
Sosialisasi panduan CHSE MICE diberikan melalui beberapa rangkaian kegiatan yaitu Pemaparan Panduan CHSE MICE, Pengenalan Platform MICE.id sebagai platform kolaborasi, serta Praktek atau Simulasi Perjalanan Insentif akan dilaksanakan di 5 DSP antara lain:
Borobudur, Toba, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo. Kegiatan simulasi panduan ini juga dalam rangka meninjau secara langsung kesiapan destinasi untuk pelaksanaan kegiatan MICE. (334)