SEMARAPURA | patrolipost.com – Ribuan umat dari dua kabupaten yaitu Klungkung dan Karangasem memadati jalan utama dari arah Banjarangkan menuju Catus Pata Perempatan Agung Klungkung, sejak pagi hingga siang, Kamis (7/11/2024).
Begitu juga jalur Bukit Jambul menuju Catus Pata Perempatan Agung, Klungkung juga dipadati oleh umat.
Ritual akbar 10 tahunan yang bertepatan dengan upacara Labuh Gentuh Segarakerthi di Pura Agung Kentelgumi Banjarangkan, Klungkung dan Pura Pasar Agung Giri Tohlangkir, Sebudi, Selat, Karangasem.
Dimana bertepatan dengan puncak karya ini kedua pura besar di Bali ini secara bersamaan menggelar ritual melasti ke Segara Watuklotok, Klungkung.
Sebelum melasti menuju segara watuklotok, diawali dengan kedatangan Ide Betare Kentelgumi menuju Catus Pata, Perempatan Agung Klungkung seraya menunggu iring iringan Ide betare Pasar Agung Giri Tohlangkir dari arah utara.
Kemudian terjadi pertemuan sakral di Perempatan Agung Catus Pata Klungkung, Ide Betara Pura Agung Kentel Gumi dan Pura Pasar Agung Giri Tolangkir Besakih Karangasem, macepuk (bertemu) dalam sebuah pertemuan sakral yang mengawali perjalanan melasti menuju Segara Watu klotok, tempat dilaksanakannya Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih.
Menurut Manggala Ketua umum Karya Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih, Cokorda Gede Brasika Putra SH, menyatakan ritual Upacara Melasti ini merupakan karya agung yang melibatkan seluruh warga Klungkung dimana ritual dimulai sejak 17 September 2024 yang lalu. Ritual ini menurut purana yang ada di Pura Pasar Agung Giri Tohlangkir dan Pura Kentel gumi ini terjadi setiap 10 tahun sekali.
Acara ini tidak hanya menjadi ritual untuk menjaga keseimbangan alam, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan spiritual antara umat dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Di Segara Watu klotok, yang merupakan lokasi penting bagi puncak acara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih. Di sini, dilakukan prosesi penting berupa tawur labuh gentuh segara kertih yang di Puput 5 sulinggih, Siwa Budha, Bujangga. Prosesi ini merupakan bagian dari upacara untuk menyeimbangkan energi alam dan memohon keselamatan bagi umat serta menjaga kesejahteraan Pulau Bali beserta seluruh isinya.
“Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih adalah upacara yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali, sebagai bagian dari rangkaian upacara besar di Pura Agung Kentel Gumi. Tujuan utama dari upacara ini adalah untuk menyucikan dan menyeimbangkan alam semesta, dengan harapan agar segala hal yang ada di Bali dapat hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan,” ungkap Cok Brasika lebih detil.
Selain itu, menurutnya upacara ini juga menjadi ajang untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan kepada umat. Dengan menyucikan alam sekitar dan memberikan persembahan yang luhur, umat Hindu Bali berharap dapat menjaga kelangsungan hidup dan keharmonisan alam serta masyarakat Bali.
Setelah upacara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih selesai, prosesi akan dilanjutkan dengan nuwek dan mendek bagia Pule kerti sebagai simbol pembersihan dan penyeimbangan alam. Kegiatan upakara Labuh Gentuh Segarakerthi ini akan diakhiri dengan kembalinya Ide betare Pura Agung Kentel Gumi dan Pura Pasar Agung Giri Tohlangkir ketempat beliau berstana untuk ritual berikutnya. (855)