SEMARAPURA | patrolipost.com – Uletan keranjang, daun pisang kering, daun kelapa serta bahan organik lainnya dikemas sedimikan rupa dipajang di depan banjar sebagai instalasi seni menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kreasi instalasi ini sebagai wujud persembahan STT Sila Jaya, Banjar Adat Batununggul, Desa Adat Dalem Setra Batununggul, Kecamatan Nusa Penida memeriahkan dan memaknai hari kemenangan Dharma melawan Adharma.
Event Malam Bazar yang diselenggarakan disandingkan dengan kreasi instalasi seni memberikan nuansa lebih estetik dari dekorasi selain hanya seni semata juga memberikan pesan yang mendalam.
Hal ini disampaikan seniman I Dewa Gede Prastia saat ditemui di balai Banjar menyampaikan instasli seni yang dibuat merupakan buah kreasi Sekaha Teruna yang digarap secara bersamaan. Menggabungkan musik dan seni cara mudah menyelipkan pesan moral dimana kreatifitas memanfaatkan bahan-bahan ramah lingkungan.
Instasi seni berupa gapura kata Dewa Prastia, instalasi seni ini merupakan gambaran saat ini dimana saluran informasi yang membanjiri terkadang membuat kita lupa akan jati diri, budaya baru tercipta ini bisa bermanfaat dan bisa merusak secara tidak langsung.
“Arus digitalisasi mempermudah kehidupan sisi gelapnya juga mengubah tatanan sosial yang mengakibatkan kita lupa kehidupan reel. Dari pesan instalasi ini kami mencoba menyajikan pesan bahwa kita harus tetap mempagari diri dari standar hidup dunia maya,” ujar alumni seni rupa UNHI Denpasar.
Dewa Prastia menyampaikan seremonial harus diimbangi dengan tindakan nyata karena kuncinya pada pawongan ‘manusia’ dimana digitalisasi lambat atau tidak mengubah kepribadian dan jati diri perlu adanya pembatasan diri ‘benteng’ terhadap perubahan yang sangat cepat. Psikologi kita sangat dikontrol oleh digital yang akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
“Instalasi seni ini memberikan pesan dualitas kehidupan dimana dunia nyata dan maya harus bisa mawas diri atau eling pada raga agar tetap harmonis hidup keselarasan,” harap Dewa Prastia. (855)