NEGARA | patrolipost.com – Para pedagang di Pasar Senggol Pekutatan, Jembrana, Bali belakangan ini merasa resah. Beberapa kali terjadi kehilangan di tempat mereka berjualan, sehingga mereka mempertanyakan sejauh mana tanggungjawab pengelola pasar. Padahal selama ini pedagang membayar restribusi dan urunan untuk membayar penjaga keamanan.
Keresahan pedagang di Pasar Senggol Pekutatan ini terungkap saat pertemuan yang mereka laksanakan, Rabu (24/3/2021). Salah seorang pedagang di Pasar Senggol Pekutatan, Mashudin asal Desa Medewi mengaku sejak beberapa bulan terakhir para pedagang mengalami kehilangan barang. Ia sendiri sudah kehilangan dua buah tabung gas 3 kg. Bahkan selain dirinya, pedagang lain juga meresahkan seperti yang dirasakannya.
“Ada pedagang yang kehilangan tabung gas, kursi, uang, showchas yang dijebol sampai kehilangan pentol bakso,” ujarnya.
Ia bersama sejumlah pedagang lainnya mengaku kejadian kehilangan tersebut tidak terjadi beruntun setiap hari. “Bisa berselang seminggu ada yang kehilangan lagi. Kehilangan tidak hanya dialami pedagang di los, namun juga pedagang di ruko. Kalau yang di los kan terbuka, ini yang diruko, masuknya lewat celah (palfon) di atas,” jelasnya.
Sejumlah pedagang kini mempertanyakan sejauhmana tanggung jawab pihak pengelola pasar yang memungut restribusi, terlebih mereka selama ini juga tetap berswadaya untuk fasilitas di pasar.
Salah seorang tokoh masyarakat, I Nyoman Jenaka warga Banjar Pasar Pekutatan mengatakan, selama ini pedagang sudah melaporkan kepada pihak Koordinator Pasar, tetapi tidak pernah ada solusi. Bahkan menurutnya, saat rapat Rabu malam tersebut, pihak Koordinator Pasar tidak memberikan solusi apapun.
“Kami undang koordinatornya, tapi solusinya diserahkan kembali ke pedagang. Terlebih petugas keamanan masih menjadi satu dengan petugas keamanan Pasar Pekutatan yang lokasinya berlainan,” terangnya.
“Petugas keamanan tidak ada yang khusus di Pasar Senggol. Petugasnya bolak balik ke pasar di Timur. Bisa saja pelakunya memanfaatkan kesempatan saat petugas berada di pasar Timur,” paparnya.
Nyoman Jenaka dan istrinya juga berjualan di Pasar Senggol bersama 21 pedagang lain kini kecewa dengan pihak pengelola pasar yang disebutnya hanya memungut restribusi saja. Padahal para pedagang selalu berswadaya untuk fasilitas di areal pasar, seperti yang terakhir lampu penerangan, pedagang yang memasang secara swadaya.
Kini mereka akan melakukan upaya untuk menyikapi persoalan ini. “Untuk penjaga keamanan dan pemasangan CCTv katanya kami urunan. Padahal ini kan tempat umum, mana tanggungjawab pengelola? Setiap hari pedagang di los bayar Rp 1.000 dan di ruko Rp 3 ribu. Nah, sekarang harus urunan lagi. Sangat memberatkan, apalagi situasi sejak pandemi sangat sepi,” tandasnya.
Kadis Koperindag Jembrana, I Komang Agus Adinata mengakui belum mendapat laporan tentang masalah ini. Menurutnya, pengelola Pasar Senggol Pekutatan jadi satu dengan Pasar Pekutatan.
“Keamanannya juga jadi satu, ada dua bergantian. Tapi belum ada laporan,” ujarnya.
Terkait adanya pertanyaan para pedagang soal tanggung jawab pengelola pasar, ia mengaku harus ada partisipasi pedagang. “Retribusi kan bukan termasuk itu, kita jaga bersama karena kalau jadi satu memang tidak maksimal. Kita juga memerlukan anggaran untuk itu. Kalau untuk jaga rutin, satu orang satu lokasi, karena dua tempat nanti partisipasi para pedagang,” tandasnya. (571)