DENPASAR | patrolipost.com – Tetap berkarya di kala social distancing pandemi Covid-19, seniman lukis I Made Bakti Wiyasa tergelitik lewat sketsa berjudul “Bersin Tutup dengan Siku”. Lewat sketsa, ingatkan etika bersin yang diharapkan menjadi media pesan bernilai etik dan estetik dalam tangkal pandemi Covid-19.
I Made Bakti Wiyasa mengungkapkan, karya sketsanya yang diberi judul “Bersin Tutup dengan Siku” ini terbuat dari bahan arang atau charcoal. Sketsa di atas kertas berukuran A3 ini lahir sebagai imbauan untuk menerapkan salah satu cara menangkal penyebaran Covid-19.
“Saya tergelitik membuat sketsa dengan judul Bersin Tutup dengan Siku ini. Sebelumnya, saya mendengar cara antisipasi penyebaran Covid-19 di salah satu statiun radio swasta di Bali, sehingga karya ini lahir,” kata I Made Bakti Wiyasa kepada patrolipost.com, Sabtu (11/4/2020).
Karya yang diberi judul “Bersin Tutup dengan Siku” menggambarkan etika bersin yang tepat tangkal penyebaran Covid-19, saat tidak tersedianya tisu maupun sapu tangan terutama di tempat umum. Tidak disarankan menutup mulut menggunakan telapak tangan kosong, sebab, dikhawatirkan tangan yang menyentuh benda turut terpapar virus.
Sketsa ini mengingatkan etika bersin tangkal Covid-19 dengan menutup hidung dan mulut menggunakan lengan baju bagian atas atau lipatan siku bagian dalam.
“Karya ini untuk mempopulerkan sikap aturan yang dilanjutkan saat kita bersin agar spontan melakukam sikap ini guna menutup penyebaran yang bisa mengantarkan Covid-19 ke orang di sekeliling sebagai cara meminimalisir penyebarannya,” ujarnya.
Made Bakti Wiyasa menerangkan, seniman akan selalu menemukan cara untuk berkarya dalam situasi apapun. Meskipun, dalam kondisi di tengah pandemi Covid-19 dan penerapan sosial distancing sampai larangan ke luar rumah.
“Saya sedang semi lockdown di desa sudah sejak awal Maret, karya ini saya dedikasikan khusus pada rasa kemanusiaan. Jika karya ini pun ada yang mau menukar dengan APD atau sembako saya akan sumbangkan pada yang membutuhkan,” terangnya.
Bakti Wiyasa menuturkan dari segi tujuan karya ini dibuat dengan bahan charcoal atau arang guna mengejar kebutuhan artistik sesuai ekspresinya karena bahan charchoal yang mengandung makna proteksi.
“Karena bahan arang saat melukis kita juga mesti pakai masker karena bahannya tak solid, rapuh, dan ada butiran arang yang retak berterbangan. Namun saat selesai kita bisa buat solid dengan varnis semprot khusus agar awet,” tuturnya.
Ia berharap image ini menjadi media pesan bernilai etik dan estetik dalam suasana menanggulangi pandemi Covid-19 saat ini. Kelak melalui karya, sejarah mencatat inspirasi seniman dengan karyanya di dalam pandemi Covid-19 dan ditengah sosial distancing. (cr02)