YERUSALEM | patrolipost.com – Pasukan Israel akan tetap berada di zona penyangga yang telah mereka buat di Gaza bahkan setelah dicapai kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang. Demikian penegasan Menteri Pertahanan Israel Katz pada hari Kamis (17/4/2025), saat upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian gencatan senjata gagal.
Sejak melanjutkan operasi militer bulan lalu, pasukan Israel telah membentuk “zona keamanan” yang meluas hingga ke Gaza dan memaksa lebih dari 2 juta warga Palestina ke wilayah yang semakin sempit di Selatan dan di sepanjang garis pantai.
“Tidak seperti di masa lalu, IDF tidak mengevakuasi wilayah yang telah dibersihkan dan direbut,” kata Katz dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan dengan komandan militer, dikutip dari Reuters.
“IDF akan tetap berada di zona keamanan sebagai penyangga antara musuh dan masyarakat dalam situasi sementara atau permanen apa pun di Gaza, seperti di Lebanon dan Suriah,” tambahnya.
Dalam ringkasan operasinya selama bulan lalu, militer Israel mengatakan bahwa mereka sekarang menguasai 30% wilayah Palestina yang kecil.
Di Gaza Selatan saja, pasukan Israel telah merebut kota perbatasan Rafah dan maju ke pedalaman hingga ke apa yang disebut “koridor Morag” yang membentang dari tepi timur Gaza ke Laut Mediterania, antara Rafah dan kota Khan Younis.
Mereka telah menguasai koridor lebar di wilayah Netzarim tengah dan telah memperluas zona penyangga di sekitar perbatasan ratusan meter (yard) ke pedalaman, termasuk wilayah Shejaia di sebelah timur Kota Gaza di Utara.
Israel mengatakan pasukannya telah menewaskan ratusan pejuang Hamas, termasuk banyak komandan senior kelompok militan Palestina, sejak 18 Maret, tetapi operasi tersebut telah membuat PBB dan negara-negara Eropa khawatir.
Lebih dari 400.000 warga Palestina telah mengungsi sejak permusuhan dimulai kembali pada 18 Maret 2025 setelah dua bulan relatif tenang, menurut badan kemanusiaan PBB OCHA, dan serangan udara serta pemboman Israel telah menewaskan sedikitnya 1.630 orang.
Badan amal medis MSF mengatakan Gaza telah menjadi “kuburan massal” dengan kelompok-kelompok kemanusiaan berjuang untuk memberikan bantuan.
“Kami menyaksikan secara langsung kehancuran dan pemindahan paksa seluruh penduduk di Gaza,” Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di Gaza.
Katz mengatakan Israel, yang telah memblokir pengiriman pasokan bantuan ke wilayah tersebut sejak awal Maret, sedang menciptakan infrastruktur untuk memungkinkan distribusi melalui perusahaan-perusahaan sipil di kemudian hari, tetapi blokade bantuan akan tetap berlaku. Ia mengatakan Israel akan melanjutkan rencana untuk mengizinkan warga Gaza yang ingin meninggalkan daerah kantong itu, meskipun masih belum jelas negara mana yang bersedia menerima sejumlah besar warga Palestina.
Garis Merah
Komentar dari Katz, yang mengulangi tuntutan Israel kepada Hamas untuk melucuti senjata, menggarisbawahi seberapa jauh kedua belah pihak masih belum mencapai kesepakatan gencatan senjata, meskipun ada upaya oleh mediator Mesir untuk menghidupkan kembali upaya mencapai kesepakatan.
“Setiap gencatan senjata yang tidak disertai jaminan nyata untuk menghentikan perang, mencapai penarikan penuh, mencabut blokade, dan memulai rekonstruksi akan menjadi jebakan politik,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (16/4/2025).
Dua pejabat Israel mengatakan minggu ini tidak ada kemajuan dalam perundingan meskipun ada laporan media tentang kemungkinan gencatan senjata untuk memungkinkan pertukaran sebagian dari 59 sandera yang masih ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina.
Pejabat Israel mengatakan peningkatan tekanan militer akan memaksa Hamas untuk membebaskan para sandera tetapi pemerintah telah menghadapi demonstrasi besar-besaran oleh pengunjuk rasa Israel yang menuntut kesepakatan untuk menghentikan pertempuran dan mendapatkan mereka kembali.
Pada hari Rabu, otoritas medis Palestina mengatakan serangan militer Israel di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 35 warga Palestina. Satu serangan udara menewaskan 10 orang, termasuk Fatema Hassouna, seorang penulis dan fotografer terkenal yang telah mendokumentasikan perang tersebut.
Serangan udara lain di perkemahan tenda di Khan Younis, sebelah selatan daerah kantong itu, menewaskan sedikitnya 10 orang lainnya, kata petugas medis. Sisanya tewas dalam serangan militer terpisah di wilayah lain.
Kementerian kesehatan Gaza mengatakan penangguhan Israel atas masuknya bahan bakar, medis, dan pasokan makanan telah mulai menghambat pekerjaan beberapa rumah sakit yang masih beroperasi, dengan persediaan medis yang menipis.
“Ratusan pasien dan korban luka tidak mendapatkan obat-obatan penting, dan penderitaan mereka bertambah parah akibat penutupan perbatasan,” tandas kementerian tersebut. (pp04)