DENPASAR | patrolipost.com – Tarian Hedung yang merupakan tarian perang dari daerah Lamaholot (Kabupaten Flores Timur dan Lembata) tampil diacara pengukuhan Badan Pengurus (BP) Flobamora Bali di aula ITB Stikom Bali, Selasa (15/9/2020).
Bahkan, Tarian Hedung menjadi pembuka acara pengukuhan BP Flobamora Bali itu. Mereka menyambut Ketua Umum Flobamora Bali, Yosep Yulius “Yusdi” Diaz berserta tamu kehormatan dalam gelaran Rapat Anggota Tertinggi Luar Biasa (RTALUB) Flobamora Bali dengan agenda tunggal pengukuhan Badan Pengurus Flobamora Bali Masa Bakti 2020-2023.
Dikutip dari berbagai sumber, Tarian Hedung merupakan tarian tradisional dalam budaya masyarakat Lamaholot. Tarian ini merupakan tari perang yang dulunya dibawakan untuk menyambut pahlawan yang pulang dari medan pertempuran. Tarian ini melambangkan nilai – nilai kepahlawanan dan semangat berjuang yang tak kenal menyerah. Dewasa ini, Tarian Hedung yang merupakan salah satu tarian kebanggaan masyarakat Lamaholot juga dibawakan dalam sejumlah acara, seperti penyambutan tamu, pada pesta adat, pembuatan rumah adat, pernikahan dan bahkan pesta sakramen Imamat. Pada komunitas rantau di Bali, tarian ini juga dilakukan pada momen – momen persaudaraan seperti saat pembukaan dan penutupan pertandingan sepak bola di lingkungan Flobamora Bali.
Asal mula Tari Hedung menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di wilayah Lamaholot sering terjadi perang tanding, baik antar suku maupun antar kampung. Sebelum berangkat menuju medan perang, mereka berkumpul untuk melakukan Tari Hedung dan ritual agar diberikan keselamatan untuk mereka yang pergi ke medan perang. Hal ini juga dilakukan saat mereka pulang dari medan perang, para penari menyambut para pahlawan dengan Tarian Hedung. Nama Hedung sendiri diambil dari kata Hedung yang berarti menang. Sehingga dapat diartikan bahwa Tari Hedung merupakan tarian kemenangan.
Pertunjukan Tari Hedung dalam pertunjukannya, tarian ini dimainkan oleh para penari pria maupun wanita. Untuk jumlah penari biasanya tidak menentu dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam tarian ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Hedung Tubak Belo (menggambarkan perang tanding), Hedung Hodi Kotek (menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang) dan Hedung Megeneng Kabeleng (penyambutan tamu). Jenis Tari Hedung ini biasanya ditampilkan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pada umumnya gerakan tari Hedung ini lebih mengarah pada tarian perang dengan memainkan senjata sebagai properti menarinya.
Pengiring Tari Hedung dalam pertunjukan Tari Hedung ini penari diiringi dengan iringan musik tradisional, seperti gong bawa (gong gendang), gong inang (gong induk), gong anang (gong anak atau kecil), keleneng dan gendang. Sementara kostum tari Hedung yang digunakan dalam pertunjukan tari Hedung ini menggunakan busana khusus. Untuk penari pria, menggunakan nowing sedangkan penari wanita menggunakan kewatek. Untuk aksesoris terdiri dari kalala (ikat pinggang), senai (selendang) dan kenobo (perhiasan kepala). Sedangkan untuk peralatan yang digunakan menari, yaitu kenube (parang), gala (tombak) dan dopi (perisai).
Perkembangan tari Hedung dalam perkembangannya, walaupun Tari Hedung sudah tidak digunakan sebagai tarian perang, tetapi masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, acara budaya dan berbagai acara adat. Berbagai variasi juga sering dilakukan, namun tidak meninggalkan keasliannya. Hal ini dilakukan sebagai usaha masyarakat Lamaholot dalam melestarikan dan memperkenalkan kepada masyarakat luas serta generasi muda akan tradisi dan budaya mereka. (007)