KUTA | patrolipost.com – Ketut Teja Astawa, pelukis kelahiran Sanur, 1 Maret 1971 memamerkan belasan lukisan karyanya di Galeri Zen1, Pertokoan Tuban Plaza 50, Jalan Baypass Ngurah Rai, Tuban, Kuta, Kabupaten Badung, Jumat (11/9/2020) malam.
Dalam pameran tunggal keenam yang bertajuk “Terbahak Kritis Estetis ala Teja Astawa” kali ini menampilkan belasan karya yang terdiri dari lima karya terbaru, lima karya sebelumnya, dua karya lawas sebagai penanda perjalanan karier melukis Teja Astawa, serta beberapa karya Teja dari kolektor.
Ukuran karya yang dipamerkan berkisar dari (50 x 40) sentimeter hingga (180 x 300) sentimeter, yang seluruhnya dikurasi ketat oleh kurator Edy Soetriyono. Pameran tunggal kali ini berbeda dari sebelumnya, baik dari segi tema dan penggarapannya.
“Kalau yang dulu lebih simple dan menonjolkan kesan sederhana dengan objek yang lebih besar, kini justru lebih kompleks yang didominasi oleh objek-objek kecil. Isu-isu yang diangkat masih di seputaran fauna yang berinteraksi dengan kehidupan manusia,” jelas Teja, yang sengaja memilih tema fauna, karena kagum dengan kelucuan dan keluguannya serta tokoh yang disukai yaitu, Angry Birds dan raksasa.
Lima pameran solo yang pernah digelar Teja Astawa yaitu, “TW(IN)SIDE” (2013) di Galeri Kendra, Seminyak, “A Glimpse Back Into the Past Early Paintings of Ketut Teja Astawa” (2012) di Art Temporary Space, Plaza Senayan, Jakarta, “Fragments of Subconscious Memory” (2011) di Tonyraka Art Gallery, Ubud, “Batman Forever” (2009) di Sunjin Gallery, Singapura, dan “Works of Ketut Teja Astawa” (2008) di Galeri Roemah Roepa, Jakarta.
Pemilik Galeri Zen1, Nicolaus F Kuswanto mempersiapkan pameran tunggal Teja ini sejak tahun 2019, namun mulai fokus dua bulan terakhir. Bahkan, semula pameran lukisan tersebut direncanakan digelar di Jakarta (Mei 2020), tapi terkendala akibat dampak pandemi global Covid-19.
Kendati Teja Astawa berkata tidak menyinggung soal kritik sosial maupun politik, namun Nico yang berkecimpung di dunia art dealer selama lebih dari sepuluh tahun tersebut melihat ada kritik sosial yang disiratkan Teja melalui salah satu karyanya, “Story of the King”, yang menggambarkan kekuasaan seorang raja yang bisa berbuat apa saja dengan powernya tanpa mempedulikan nasib rakyatnya.
Alasan Nico mengorbitkan Teja Astawa, karena siapa pun bisa melihat hal ini murni karya seniman Bali. Juga, membawa ikon-ikon serta akar tradisi yang sangat penting dan memberi kesan kuat untuk merepresentasikan daerah tempat tinggal Teja.
“Tapi, yang paling menarik adalah, Teja tidak menampilkannya secara tradisi, melainkan lebih ke modern dari segi warna, tema, serta bentuknya. Buat saya, itu sesuatu yang baru dan fresh untuk ditampilkan,” tutur Nico.
Selain melibatkan kurator Edy Soetriyono, juga sentuhan konsep, desain katalog, dan branding oleh Igo Blado. Penggarapan teaser oleh Id_Projects, Aneka Design sebagai penyedia merchandise, Arif Bagus Prasetyo yang merespon karya-karya Teja Astawa dalam bentuk puisi, serta keterlibatan komponen pendukung lainnya.
Turut hadir, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Wayan Kun Adnyana, para seniman, kolektor, penikmat seni, serta sejumlah tamu undangan. Pameran lukisan ini dibuka Soemantri Widagdo, selaku Pemilik Yayasan Titian dan Titian Art Space, sekaligus kolektor seni rupa.
Selain pameran tunggal Teja Astawa, pada kesempatan ini Galeri Zen1 juga meluncurkan situs resminya yakni www.galerizen1.com. Pelaksanaan pameran ini menerapkan disiplin standar protokol kesehatan, mulai dari pengecekan suhu tubuh, penyediaan tempat mencuci tangan, mewajibkan penggunaan masker, hingga pengaturan jarak aman, bahkan pengunjung yang masuk galeri dibatasi per 15 orang dan sisanya dapat menunggu di tempat yang sudah disediakan.
“Geliat keberanian seluruh pegiat seni rupa agar tetap dijaga dalam beraktivitas dan berkesenian. Semoga, hal ini bisa menjadi isu yang baik dan content art yang sangat menarik,” harap Nico. (246)