SOLOK | patrolipost.com – Rangkaian prosesi Batagak Penghulu Pasukuan Simabu Nagari Sulit Air Kabupaten Solok, Sumbar, Sabtu (6/7/2025) memasuki tahap naik balai (Balairung) di Balai Lamo. Sehari sebelumnya, Jumat (5/7/2025) para penghulu ini memperkenalkan diri kepada masyarakat dengan mengunjungi Pasar Koto Tuo.
Naik Balai merupakan acara puncak dari rangkaian Batagak Penghulu di Sulit Air. Para penghulu yang sudah dilantik/disumpah pada acara Mangisi Pencakauan di Rumah Gadang Simabu Ilie, 30 Juni 2025 lalu di-lewa-kan (diumumkan) gelarnya di Balairung. Para penghulu dari 4 suku (Simabu, Limo Panjang, Limo Singkek dan Piliang), ninik mamak, sumando, bundo kandung, bako-baki serta utusan kaum memadati Balairung yang terletak di pusat Nagari Sulit Air bernama Balai Lamo.
Hadir pula Wali Nagari, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN), Ketua MUI Sulit Air, Panitia Batagak Penghulu serta unsur pemerintah sebagai saksi. Para penghulu dari 4 suku duduk di bandul Balairung mengelilingi tujuh penghulu baru yang duduk di tengah. Sedangkan para bundo kandung yang juga berasal dari 4 suku duduk di bagian ujung balairung.
Ketua KAN Sulit Air Nasrullah Datuk Mangkuto dalam sambutannya mengatakan, acara naik balai merupakan prosesi puncak Batagak Panghulu di Sulit Air. Setelah naik balai, maka para penghulu memiliki hak suara dalam rapat-rapat adat nagari. Mereka bisa memberi masukan, saran dan kritik terhadap berbagai permasalahan adat di selingkung nagari.
“KAN sangat berharap para datuk yang baru di-lewa-kan gelarnya memberi semangat baru kepada KAN dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menjaga adat istiadat di tengah tantangan yang kian berat ke depan,” ujar Nasrullah Datuk Mangkuto.
Menurutnya, tujuh penghulu baru di pasukuan Simabu rata-rata berusia 40 – 55 tahun, masih energik dan berlatangbelakang pendidikan yang mumpuni. Bahkan ada yang bergelar professor, doktor, magister serta sarjana dari berbagai disiplin ilmu.
“Tentunya kita berharap banyak kepada para penghulu baru ini melakukan inovasi serta terobosan dalam upaya memperkuat adat, menata kehidupan sosial kemasyarakatan dan meningkatan perekonomian masyarakat,” harapnya.
Tujuh penghulu baru Pasukuan Simabu yakni: Muhammad Rafik SSIT MM Dt Rajo Kuaso (Datuk Suku), Prof Dr Nuradli Rizwan Shah Dt Marajo (Datuk Ninik), Armaidi Dt Rajo Batuah (Datuk Hulu Balang), Mulyadi Datuk Perhimpunan Andiko Kutie Anyie, DR Charles Simabura SH MH, Datuk Pono Marajo, Effendi Datuk Penghulu Sutan, dan Risky Risman SE Datuk Lenggang Marajo.
Prof Dr Nuradli Rizwan Shah Datuk Ninik Marajo dalam perbincangan dengan patrolipost.com mengatakan, dirinya memang lahir dan besar di Malaysia. Namun leluhurnya (nenek dan kakeknya) merupakan orang Sulit Air asli. Setelah menyandang gelar Datuk Ninik Marajo Suku Simabu, maka silaturahmi dengan kaum Pasukuan Simabu akan bertambah erat, dan akan berlanjut ke warga Sulit Air seluruhnya.
Ada beberapa program kerja bidang keagamaan, sosial dan lingkungan yang akan dijalannya apabila disetujui Datuk Suku, Datu 4 Jinih dan 9 Datuk Andeko di Pesukuan Simabu. Pertama, di bidang keagamaan menghidupkan kembali pengajian bulanan. Kedua, di bidang sosial mendata warga Pasukuan Simabu, baik yang berada di kampung halaman maupun di perantauan. Data ini diharapkan bisa memberi gambaran tentang kondisi ekonomi kaum Pasukuan Simabu yang ada di Sulit Air maupun yang di perantauan.
Ketiga, di bidang lingkungan dengan prioritas melakukan aksi bersih sungai dari sampah buangan warga yang mencemari sungai. Sebab, hingga kini Sungai Katialo yang membelah Nagari Sulit Air masih digunakan warga sebagai tempat mandi dan mencuci. Di saat musim kemarau yang saat ini masih berlangsung, kondisi air sungai sangat memprihatinkan: debitnya kecil dan banyak sampah tersangkut di kedua tepinya.
“Allah meminta kita agar menjaga hubungan dengan Yang Maha Kuasa (hablumminallah), menjaga hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas) serta menjaga hubungan dengan lingkungan (hablum min’alam). Nah, menjaga hubungan dengan alam inilah yang harus ditingkatkan agar alam juga memberi manfaat kepada kita, bukan bencana,” ujar Guru Besar di Faculty of Economics and Muamalat, Universiti Sains Islam Malaysia ini. (807)