DENPASAR | patrolipost.com – Mengawali pidato tiga tahun kepemimpinan sebagai Gubernur Bali, Wayan Koster memberikan apresiasi terhadap saran yang konstruktif, serta kritikan keras dan pedas yang ditujukan kepada dirinya.
“Terhadap kritik keras dan pedas yang disampaikan melalui media sosial tersebut, saya memandang sebagai suatu kepedulian dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan pembangunan Bali,” kata Gubernur Bali Wayan Koster.
Hal tersebut disampaikan Wayan Koster saat pidato tiga tahun kepemimpinannya yang disiarkan secara virtual malalui kanal Youtube dari Jayasabha, Denpasar, Minggu (5/9/2021).
Lebih lanjut disampaikan, dalam konteks itu, ia menyadari sepenuhnya bahwa alam Bali beserta Isinya pada akhirnya secara alamiah membangun kesadaran dirinya. Secara tulus dirinya menerima berbagai kritikan yang mencerminkan sikap pribadi masyarakat terhadap pemimpinnya.
“Ada yang menghargai, memuji, menghormati; atau sebaliknya, ada yang mencaci-maki, menghujat, bahkan memfitnah,” ujar Gubernur Koster, didampingi Wagub Cok Ace.
“Terhadap semua itu, saya terima dengan ruang yang sama. Layaknya lautan luas nan dalam, selalu menampung apa pun yang datang, dan pada akhirnya dilebur di dalamnya. Begitu juga jiwa dan raga saya sudah menjadi ruang yang luas untuk menerima kehadiran berbagai sikap pribadi masyarakat dalam posisi yang sama,” tambah Koster.
Bahkan terhadap yang mencaci-maki, menghujat, dan memfitnah, dia maknai sebagai bagian dari proses pembersihan jiwa dan raga dirinya. Sehingga, pribadi dirinya yang banyak kekurangan menjadi lebih baik dan semakin matang sebagai pribadi dan pemimpin Bali.
“Astungkara, pada saatnya akan tiba, semua itu saya jawab dengan hasil kerja yang saya pertanggungjawabkan secara niskala-sekala. Sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, salah kata, salah sikap, salah tindakan dalam memimpin pembangunan Bali, oleh karena itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,” katanya.
Dalam pidatonya, Gubernur Koster juga mengungkap hakekat dirinya sebagai manusia yang tak luput daru khilaf dan salah.
“Oleh karena itu Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,” ujarnya.
Dalam konteks membangun kesadaran partisipasi, pihaknya mengajak warga Bali dan generasi muda secara aktif solid bergerak dengan meneladani ajaran Bung Karno yakni, gotong-royong.
“Bantu-binantu bersama, amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua,” jelasnya. (pp03)