DENPASAR | patrolipost.com – Dinas Kesehatan Provinsi Bali berkolaborasi dengan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Bali menyelenggarakan Lokakarya Optimasi Media. Pelatihan itu dibutuhkan agar komunikasi risiko kesehatan dapat dilakukan secara inklusif kepada masyarakat. Hal ini diantaranya dirasakan ketika pandemi Covid-19 dan penyakit menular lain seperti rabies dan penyakit kuku dan mulut (PMK).
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Bali Gede Pramana mengatakan, peningkatan kemampuan SDM dibutuhkan untuk mengelola media sosial.
“Ini untuk melahirkan komunikasi risiko yang aksesibel dan inklusif bagi semua kelompok masyarakat di Bali,” kata Gede Pramana, Jumat, (22/7/2022).
Menurut Pramana, komunikasi risiko krisis kesehatan yang inklusif akan memberikan wawasan kepada masyarakat untuk waspada terhadap isu-isu kesehatan terbaru yang terjadi di Bali. Informasi yang diberikan, kata Gede Pramana, bukan untuk menakuti masyarakat, tapi memberikan pemahaman yang benar sehingga ada sikap waspada.
Ketua Forum Komunikasi Risiko One Health Provinsi Bali I Gede Arya Sena menambahkan, edukasi dibutuhkan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat. Gede mencontohkan, pengetahuan tentang rabies dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi pengetahuan yang didapat dari edukasi itu bukan berarti membuat masyarakat takut terhadap anjing.
“Pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi media sosial itu diharapkan sampai ke masyarakat, dan tentu tidak melanggar ketentuan,” kata Gede Arya Sena.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr I Nyoman Gede Anom berharap, pelatihan itu akan membantu pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam melakukan sosialisasi risiko kesehatan.
“Bagaimanapun kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab bersama, itu sebabnya kita perlu tahu bagaimana cara melakukan edukasi yang benar,” kata Nyoman Gede Anom. (pp03)