NEGARA | patrolipost.com – Beralihnya musim kemarau berkepanjangan ke musim penghujan kini juga menyebabkan ulat bulu menyerang pepohonan dan pemukiman warga di sejumlah wilayah di Jembrana. Seperti yang kini terjadi di permukiman warga Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, serangan ulat bulu ini membuat resah warga.
Sejak musim penghujan sepekan terakhir, ulat bulu banyak menyerang tanaman. Salah satu pepohonan yang banyak diserang yaitu pohon jati. Selain menyerang tanaman jati, ulat bulu juga menyerang permukiman warga. Bahkan serangan ulat bulu di Kabupaten Jembrana terjadi hampir di semua kecamatan. Serangan ulat bulu ini meresahkan warga. Dari pengamatan Rabu (15/1/2020) wilayah Banjar Anyar dan Banjar Taman, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, seluruh pohon jati tampak dipenuhi ulat bulu.
Pohon jati daunnya yang mulai tumbuh setelah berguguran selama musim kemarau tampak kembali meranggas lantaran semua daunnya habis dimakan ulat bulu. Bahkan ulat bulu masuk ke rumah-rumah warga. Serangan ulat bulu ini meresahkan karena menggelikan dan menyebabkan gatal. Warga juga kewalahan untuk menanggulangi serangan ulat bulu dari pepohonan di sekitar rumah mereka.
Dewa Ketut Minata seorang warga Banjar Taman mengatakan serangan ulat bulu terjadi sejak enam hari lalu. Dikatakan, awalnya ulat bulu menyerang tanaman jati yang ada di sebelah rumahnya. Setelah daun jati habis kemudian ribuan ulat bulu itu menyerang rumahnya.
“Ulat bulu sampai ke dalam kamar dan memenuhi plafon rumah dan setiap sudut rumah. Kami sampai takut dan geli. Selama beberapa hari kami tidak masak. Apalagi serangan ulat bulu juga memenuhi tandon air di atas,” katanya.
Serangan ulat bulu ini menurutnya juga sudah mengganggu aktifitas warga. Tidak sedikit kerugian yang ditimbulkan dampak dari serangan ulat bulu tersebut.
Bahkan karena serangan ulat bulu membuat usaha loundrynya sempat libur selama beberapa hari karena air penuh dengan ulat bulu. Keluarga Dewa juga harus mengungsi tidur ke Balai Daja.
“Tidak berani tidur di tempat biasanya karena penuh ulat,” jelasnya.
Warga hanya bisa berusaha menanggulangi serangan ulat bulu ini dengan cara menyemprot cairan pestisida ke sekitar areal rumah. Namun upaya ini dirasakan belum efektif lantaran ulat semakin banyak. “Ini bangkai ulat bulu penuh di bawah dan juga sudah kami bakar,” jelasnya.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (PUPT) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, Made Kerta saat mengecek pemukiman warga yang terserang ulat bulu mengatakan, saat ini memang siklus ulat bulu dan terjadi di semua kecamatan di Kabupaten Jembrana. Namun serangan ulat bulu tersebut tidak merugikan tanaman karena hanya memakan daun dan tidak sampai membuat mati tanaman. Namun yang menjadi masalah ketika tanaman yang diserang ulat bulu dekat dengan pemukiman.
Menurutnya ketika ulat akan berubah menjadi kepompong, ketika makanannya habis ulat bulu akan jatuh dan menjalar ke rumah warga yang di dekatnya/bawahnya.
“Karena menyerang pemukiman jelas ini membuat warga jadi geli atau takut gatal. Kami biasanya cek dulu dan adakan pendekatan kepada warga untuk penanggulangannya karena menggunakan pestisida tentu berbahaya. Karena itu harus steril beberapa hari. Apalagi jika ada serangan di dapur, ada anak kecil dan yang lainnya. Jangan sampai nanti berdampak,” tandasnya. (571)