BORONG | patrolipost.com – Doa Rosario merupakan doa yang dilaksanakan oleh umat Katolik yang jatuh pada bulan Mei setiap tahun. Doa ini dilaksanakan setiap malam, bergilir dari rumah ke rumah dalam suatu lingkup Kelompok Basis Gereja (KBG). Doa ini tentunya untuk mengingat peran seorang sosok lain di balik karya Penyelamatan Yesus, yakni Bunda Maria.
Melansir eKatolik, cikal bakal Doa Rosario diperkirakan muncul sekitar abad III. Diperkirakan doa paling kuno ini muncul ditujukan kepada Bunda Maria. Doanya berbunyi demikian:
“Di bawah naunganmu, ya Bunda Allah yang kudus, kami mencari perlindungan. Janganlah mengabaikan permohonan-permohonan kami yang sedang dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari segala mara bahaya, ya Perawan yang mulia dan terberkati,”
Situasi komunitas pada waktu itu ada di dalam bahaya dan menghadapi banyak cobaan. Komunitas jemaat mengarahkan doa mereka dengan memandang figur Maria, karena di dalam perlindungannya jemaat merasa tenang, aman dan mendapat perlindungan.
Maka doa ini, merupakan sebuah doa berkarakter kristosentris, berpusat pada Yesus Kristus, buah dari iman yang dewasa. Doa ini dirancang untuk mengajak para pecinta Yesus untuk lebih mengenal dan mencintai-Nya, secara khusus menemukan pengalaman pengalaman hidup Yesus dalam diri pendoa rosario. Komunikasi inilah yang diharapkan agar para pendoa rosario bisa menghasilkan buah-buah Rohani dan makin mencintai Allah dalam pelayanan kepada sesama.
Tidak mengherankan bahwa Doa Rosario merupakan sebuah doa yang paling dicintai oleh banyak umat Katolik beriman. Realitasnya, doa rosario lebih dicintai karena sederhana, memikat hati, melibatkan diri seutuhnya dan membawa kita untuk menyelami misteri kasih Allah.
Dalam jejak perjalanan rohani di zaman para bapa gereja, Ibu Maria dipahami dan dicintai sebagai obyek refleksi teologis. Segenap umat memiliki pemahaman jelas tentang peran Maria yang tunggal dan tak terulang dengan Sang Penyelamat.
Dalam periode abad pertengahan, seorang perempuan menerima martabat yang tinggi, hingga memberi konsep sangat tinggi juga pada peran Maria. Dia menjadi obyek tidak hanya refleksi teologis, tapi juga cinta kasih dan kegembiraan.
Di abad modern, devosi inkarnatoris Yesus Kristus dan Maria berpusat pada hati. Di sinilah devosi kepada Bunda Maria sangat menggelegar.
Karena itu, Paus Paulus VI, dalam Marialis Cultus n° 17-20 mengajak semua umat Katolik untuk mengikuti jejak maria mendengarkan (audens), (orans), taat yang berdoa (pariens), mempersembahkan diri (offerens).
Metode yang ditawarkan oleh doa rosario adalah doa meditatif dan kontemplatif. Dalam meditasi, kita diajak untuk berpikir dan mengolah peristiwa-peristiwa hidup Yesus dengan mendalam. Maksudnya, ada ajakan kuat untuk memahami dan menyelami sepenggal misteri hidup Yesus bersama Bunda Maria. Ada baiknya juga di sini, kita menemukan pengalaman-pengalaman hidup kita dalam pengalaman hidup Yesus.
Kontemplatif artinya, dengan bantuan panca indera, kita diajak untuk melihat, merasakan, mendengar, mencium, dan menghidupi peristiwa itu seolah-olah kita menjadi bagian dari pengalaman itu. Seolah-olah kita hadir dan menyaksikan peristiwa itu secara utuh. Di sini, kekuatan pikiran itu berhenti dan kita diajak dalam bayang-bayang kontemplasi untuk merasakan kehadiran Allah.
Paus Paulus VI memberi kesaksian demikian: Rosario adalah doaku yang terkasih. Jika rosario tidak menjadi sebuah doa kontemplatif, maka hal ini seperti badan tanpa jiwa, yaitu mayat belaka.
Dengan demikian, sebuah rosario yang hidup akan semakin menuntun kita mengenal kehidupan Yesus dan memahami peran Bunda Maria dalam sejarah keselamatan. Maka tidak mengherankan bahwa bagi siapapun yang berdoa rosario, akan memiliki cinta kasih yang besar kepada Yesus dan makin mengenal peran ibu-Nya dalam sejarah keselamatan. Semakin kita mengenal Yesus Kristus, semakin kita mengenal Bunda Maria.
Bagaimana dengan doa-doa permohonan yang kerap kita lantunkan dalam rosario? Apakah isi doa permohonan ini lebih penting daripada doa rosario itu sendiri? Dalam rosario, kita diajak untuk lebih menyelami dan mengenal kehidupan Yesus, agar kehidupan-Nya juga menjadi nyata dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan umat katolik, doa Rosario juga menjadi kesempatan untuk saling berkunjung dan saling mendoakan. Suasana kekeluargaan sangat terasa setelah melaksanakan doa Rosario. Suguhan setelah doa bersama khas Manggarai Timur, kopi pahit dengan ubi rebus dipadukan dengan gelak tawa menjadi nilai tambahan pada bulan Mei bagi umat Katolik. (pp04)