GAZA | patrolipost.com – Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan para pemimpin Israel pada hari Jumat (3/11/2023) untuk mendorong jeda kemanusiaan dalam perang Gaza. Upaya ini dilakukan ketika pasukan Israel mengepung kota terbesar di wilayah kantong Palestina tersebut, yang menjadi fokus mereka untuk memusnahkan Hamas.
Melansir reuters, pasukan Israel menggempur Jalur Gaza dari darat, laut, dan udara sepanjang malam di tengah kekhawatiran global atas kelangkaan, runtuhnya layanan medis, dan meningkatnya jumlah korban sipil.
Hamas dan sekutu Jihad Islamnya mengatakan bahwa pejuang mereka telah meledakkan bahan peledak terhadap pasukan Israel. Pasukan Hamas menjatuhkan granat dari drone, dan menembakkan mortir dan roket anti-tank dalam peperangan perkotaan yang sengit di sekitar bangunan yang hancur dan tumpukan puing di Kota Gaza.
Blinken, dalam kunjungan keduanya ke Israel dalam sebulan terakhir, akan berdiskusi dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai langkah-langkah untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil di Gaza yang dikuasai Hamas. Keprihatinan terhadap persediaan makanan, bahan bakar, air dan obat-obatan hampir habis, bangunan yang rata dengan tanah dan ribuan orang telah meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pemboman yang tiada henti.
Pihak Gedung Putih mengatakan jeda dalam pertempuran harus bersifat sementara dan bersifat lokal. Mereka telah menolak seruan dari negara-negara Arab dan beberapa negara lain untuk melakukan gencatan senjata penuh dalam perang yang kini memasuki hari ke-28.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 9.061 orang, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, telah terbunuh sejak Israel memulai serangannya terhadap wilayah berpenduduk 2,3 juta orang itu sebagai pembalasan atas serangan mematikan yang dilakukan militan Hamas di Israel selatan.
Israel mengatakan Hamas yang didukung Iran membunuh 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan pada 7 Oktober, hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Hamas.
Militer Israel mengatakan pesawat perang, artileri, dan angkatan lautnya telah menyerang sasaran Hamas semalam. Serangan ini menewaskan beberapa militan termasuk Mustafa Dalul, seorang komandan Hamas yang dikatakan mengarahkan pertempuran di Gaza. Namun, klaim tersebut belum ada konfirmasi langsung dari Hamas.
Juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, Kota Gaza yang dulunya merupakan markas Hamas sudah dikepung.
“Tentara maju dalam pertempuran, di mana mereka menghancurkan infrastruktur teror di atas dan di bawah tanah serta membasmi teroris,” kata Hagari.
Dalam salah satu kritik terkuat terhadap Israel dari seorang pemimpin Eropa, Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar mengatakan pihaknya mempunyai hak untuk membela diri dan mengejar Hamas, namun serangan terhadap Gaza juga tampak seperti tindakan “balas dendam”.
Uni Emirat Arab, salah satu dari segelintir negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka bekerja tanpa henti untuk segera melakukan gencatan senjata, dan memperingatkan bahwa risiko penyebaran regional dan eskalasi lebih lanjut adalah hal nyata.
Israel menolak seruan tersebut, dengan mengatakan pihaknya menargetkan pejuang Hamas yang dituduh sengaja bersembunyi di antara penduduk dan bangunan sipil.
Blinken dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Amman pada hari Sabtu (4/11/2023). Safadi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel harus mengakhiri perang di Gaza, di mana ia mengatakan Israel melakukan kejahatan perang dengan mengebom warga sipil dan melakukan pengepungan.
Militer Israel mengatakan pasukan dan tanknya menghadapi ranjau dan jebakan saat mereka maju ke Gaza. Pejuang Hamas memanfaatkan jaringan terowongan bawah tanah yang luas untuk melakukan serangan tabrak lari. Israel mengatakan telah kehilangan 23 tentara dalam serangan tersebut.
Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas mengatakan dalam pidatonya di televisi bahwa jumlah korban tewas Israel di Gaza jauh lebih tinggi.
“Tentara Anda akan kembali dengan tas hitam,” katanya.
Dua pejabat AS, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan AS menerbangkan drone pengumpul intelijen di Gaza untuk membantu menemukan sandera. (pp04)