SURABAYA | patrolipost.com – Dalam sepekan ini ada 2 tenaga kesehatan yang ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakan. Nakes pertama yang ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakan di Malang adalah dokter yang sedang menempuh pendidikan spesialis. Nakes kedua yang juga ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakan adalah seorang perawat di Surabaya.
Dokter yang ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakan itu diduga nekat mengakhiri hidupnya karena masalah asmara dengan teman perempuannya yang kerap datang ke rumah kontrakannya. Sedangkan perawat di Surabaya yang ditemukan gantung diri oleh ibu kandungnya diduga mengakhiri hidupnya gegara terjerat pinjaman online (pinjol).
Bunuh Diri, Dokter Tewas
Seorang dokter berinisial AR (29) yang nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri menggegerkan Warga Klojen, Malang. Dokter yang tengah menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Brawijaya itu diduga bunuh diri gegara masalah asmara.
Saat ditemukan, korban tewas dalam keadaan leher terjerat kain seprei yang diikatkan di kusen kamar. Jenazah korban itu pertama kali ditemukan oleh teman perempuannya berinisial HA (28) yang mengontrak rumah tersebut pada Selasa (6/9) pukul 17.00 WIB.
Korban bunuh diri di rumah kontrakan yang ditinggali HA. Saat kejadian, HA curiga karena rumah dalam keadaan terkunci. Ia pun kemudian mendatangkan ahli kunci agar bisa membuka pintu rumah. Namun saat masuk ke rumah, korban telah tewas dengan posisi menggantung.
Kasat Reskrim Polresta Malang Kota AKP Bayu Febriyanto Prayoga menyebut, korban terakhir terlihat oleh teman-temannya pada Senin (6/9) malam. Keesokan harinya korban tidak masuk kuliah. Teman-temannya berinisiatif mencari ke rumah kontrakan teman wanita AR, berinisial HA.
“Pagi tidak ikut kuliah, teman-temannya kuliah mencari. Kemudian teman-temannya ke kontrakan tersebut,” tutur Bayu, Kamis (8/9/2022).
Namun saat di rumah kontrakan, sang dokter ditemukan gantung diri. Temuan ini kemudian dilaporkan ke petugas yang langsung menuju ke lokasi kejadian. Jenazah segera dievakuasi ke RS Syaiful Anwar (RSSA). Dari hasil visum et repertum, tak ditemui tanda-tanda kekerasan pada korban.
Polisi pun menyimpulkan bahwa korban bunuh diri. Meski begitu sejumlah saksi termasuk HA sempat diperiksa polisi. Hanya saja polisi enggan menjelaskan lebih lanjut hasilnya. “Sudah diperiksa termasuk saksi lainnya. Penyebabnya bunuh diri,” kata Bayu.
Dari informasi yang dihimpun, HA merupakan teman wanita korban yang diduga ada jalinan asmara. Selama ini, HA sendiri kerap ke rumah kontrakan korban. Sedangkan motif bunuh diri diduga karena masalah asmara dengan HA.
Berdasarkan fakta yang dihimpun pihak kepolisian, korban juga diketahui kerap mengancam akan bunuh diri. Ancaman ini dilontarkan korban jika hubungan asmaranya dengan HA putus.
Teror Pinjol Perawat Akhiri Hidup
Teror pinjaman online diduga menghantui GRD (30) sehingga pria itu memutuskan bunuh diri. Pria yang sehari-hari berprofesi perawat itu ditemukan tewas gantung diri oleh ibunya, di rumah kontrakan Rungkut, Surabaya.
“Ditemukan dalam keadaan gantung diri di pintu kamar mandi sekitar pukul 10.00 WIB,” kata Kanit Reskrim Polek Rungkut Iptu Joko Soesanto, Sabtu (10/9/2022).
Joko menjelaskan, pria yang merupakan warga Jalan Suripto, Surabaya itu pertama kali ditemukan oleh ibu kandungnya AN. Saat itu AN hendak mengirim barang ke rumah korban sekaligus mencari keberadaan anaknya.
“Ibunya ini berkunjung ke rumah korban. Karena selama dua hari belakangan tidak ada kabar dan tidak pernah bertemu,” jelas Joko.
Dua hari sebelum AN menemukan putranya tewas gantung diri pada Sabtu (10/9) pagi, perempuan itu sempat memarahi GRD. AN marah karena banyak debt collector pinjol yang datang ke rumah.
“Jadi korban ini memang banyak utang online. Sehingga ibunya sempat memarahinya karena banyak yang menagih,” ujar Joko mantan Kanit Reskrim Polsek Gubeng ini.
Kepada polisi AN, ibu korban mengaku tidak tahu pasti uang hasil pinjaman online itu digunakan untuk apa oleh GRD. Tidak hanya anaknya, AN mengaku dirinya juga pernah mendapat ancaman para penagih pinjol.
Sebabnya, selama ini korban mencantumkan nomor ibunya sebagai saudara tidak serumah yang bisa dihubungi. “Ibunya juga sering ditagih, bahkan sampai diancam. Bahkan, tak jarang ibunya membayar utang korban,” tambah Joko.
Dari hasil olah TKP dan pemeriksaan awal terhadap jenazah, polisi tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Meski demikian korban tetap dievakuasi ke RSU dr Soetomo untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental. (305/dtc)