DENPASAR | patrolipost.com – Dalam pagelaran seni sastra festival Bulan Bahasa Bali 2020, SMPN 1 Denpasar menampilkan sesolahan (pemetasan) bertajuk Sampik Ingtai. Sejumlah 75 siswa menampilkan kolaborasi diantaranya seni teater, musikalisasi puisi, dan tabuh tari di gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Art Center Denpasar, Selasa (11/2/2020).
SMPN 1 Denpasar merupakan satu-satunya sekolah tingkat menengah pertama yang ikut serta dalam sesolahan (pementasan) seni sastra serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020.
Penanggung jawab pegelaran sastra seni sastra sekaligus guru Bahasa Bali di SMPN 1 Denpasar Gusti Ayu Eka Damayanthi mengatakan, SMPN 1 Denpasar bergabung dengan Sanggar Eka Gita Nitya.
“Konsepnya kita menggabungkan antara seni teater, darma gita, musikalisasi puisi, tabuh tari dan juga Bahasa Bali yang masuk di dalamnya,” kata Gusti Ayu Eka Damayanthi ditemui seusai pementasan di gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Selasa (11/2/2020).
Pementasan ini merupakan kolaborasi dari bentuk pagelaran seni sastra yang ada di Bali. Untuk mencapai pementasan memukau ini, 75 siswa berlatih dan melakukan persiapan secara intensif hanya dengan tenggat waktu 2 minggu.
Adapun 5 pembina yang turut serta dalam memonitoring 75 siswa SMPN 1 Denpasar diantaranya Ida Alit (bidang ekstra dharma gita), Ngurah Arya Dimas (bidang ekstra teater), Luh Armini (bidang ekstra tari), Wayan Adi Darmawan (bidang ekstra tabuh) dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi (bidang ekstra seni sastra Bahasa Bali).
Tidak hanya itu, Kepala sekolah SMPN 1 Denpasar Gusti Ayu Putu Tirtawati beserta guru-guru hingga pihak walimurid (orang tua) juga sangat mendukung siswa-siswanya ikut serta pergelaran seni sastra Bulan Bahasa Bali 2020.
“Pihak sekolah terutama Kepala sekolah dan guru-guru mendukung, jadi waktu sudah diatur sehingga tidak mengganggu proses belajar siswa. Pihak sekolah juga sudah mengonfirmasi kepada orangtua siswa dan orangtua siswa juga sangat mendukung,” ungkapnya.
Selain itu, tajuk Sampik Ingtai yang menggambarkan kisah percintaan dan kesetiaan yang dikemas kekinian. Kisah yang dipadukan dengan banyolan (lelucon) dan ditampilkan berdasarkan perkembangan zaman, namun terdapat amanat pendidikan moral.
“Kita angkat cerita Sampik Ingtai dengan kemasan baru yang diselingi banyolan (lelucon) agar kekinian tetapi tetap berisi pendidikan moral, karena yang berperan dan penontonnya adalah siswa SMP,” imbuhnya.
Gusti Ayu Eka Damayanthi menjelaskan, pendidikan moral yang tersisipkan dalam pementasan ini yakni bahwa pendidikan itu penting dan cerita Sampik Ingtai yang mengisahkan Sampik dan Ingtai yang setia terhadap janjinya. Sehingga cerita ini memberi pesan agar siswa setia melakukan kewajibannya dan tugasnya sebagai siswa yaitu belajar. (cr02)