LABUAN BAJO | patrolipost.com – Cegah penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika, Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Barat mengimbau masyarakat yang memiliki ternak babi untuk lebih memperhatikan kebersihan kandang, serta gunakan pakan babi yang diolah sendiri.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat, Drh Theresia P Asmon mengatakan hal tersebut sebagai upaya untuk mencegah penularan virus Demam Babi Afrika di Manggarai Barat.
“Kami sudah petakan potensi penyebaran dari virus ini. Yang pertama, itu kan kontak langsung dengan babi hidup atau produk olahan babi yang tertular. Contohnya, kalau babi sakit kontak dengan apa saja, manusia, kandang, pakaian. Jika terkena babi hidup itu pasti akan sakit. Babi yang awalnya sehat pasti akan sakit. Kandang harus dijaga oleh pemiliknya. Jangan biarkan orang lain leluasa untuk keluar masuk,” ungkap Theresia.
Selain itu, menurut Theresia, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat telah mengeluarkan surat larangan bagi hotel dan restaurant yang menyediakan produk olahan daging babi untuk tidak menerima supply olahan daging dabi dari Kupang dan Bali. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa restaurant dan hotel yang selama ini menyediakan produk olahan daging babi yang didatangkan dari Kupang dan Bali.
“Kami sudah mengeluarkan surat larangan bagi restaurant dan hotel yang menyediakan produk olahan babi untuk tidak menerima olahan daging babi dari Pulau Timor atau dari Bali. Sebelum adanya virus ini, banyak pihak hotel dan restaurant yang supply daging babi dari Kupang. Seperti daging Se’i setengah jadi,” lanjut Theresia.
Selain itu, Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Mabar Juga memberikan edukasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang beternak babi untuk tidak mengumpulkan sisa makan dari hotel dan restaurant. Untuk pakan ternak babi diimbau untuk menggunakan pakan olahan sendiri.
“Selain kontak langsung dengan babi yang tertular virus ini, potensi yang berikut datang dari produk olahan. Seperti abise daging segar, daging olahan, Se’i itu kan pengasapan. Itu virusnya sangat kuat. Jadi kemungkinan untuk penularan dari produk olahan sangat tinggi.
Apalagi kebiasaan kita untuk menggunakan pakan babi dari hàsil limbah atau sisa makan dari hotel dan restaurant. Untuk Sementara itu dihentikan dulu,” sarannya.
Theresa juga berharap agar adanya pertemuan Kepala Daerah se-Flores guna membahas kejadian luar biasa ini. Adanya sinergi dari setiap kabupaten yang ada di Pulau Flores dibutuhkan dalam mencegah masuknya virus tersebut. Pertemuan itu nantinya harus membahas kebijakan ekonomi yang harus diambil terkait pemasaran daging babi di Pulau Flores.
Hal ini menyusul adanya larangan yang dikeluarkan oleh Bupati Ngada beberapa waktu lalu untuk tidak menerima pasokan babi dari wilayah Manggarai Raya. Hal ini tentu berdampak pada pelaku usaha ternak babi yang ada. Dengan adanya larangan tersebut, peternak babi yang ada di wilayah Manggarai Barat kebingungan dalam memasarkan hewan ternak mereka. Selama ini, hewan ternak babi dari Manggarai Barat banyak dipasarkan di Bajawa, Kabupaten Ngada.
“Kami bingung dengan adanya pelarangan tersebut. Kami tidak tau ini akan berlangsung sampai kapan dan tidak tau mau dijual ke mana hewan kami ini. Saya saja punya belasan hewan babi yang batal dijual, belum teman-teman yang lain” ujar Maksimus Jehamun Saat dijumpai di Gedung DPRD Kabupaten Mabar, Selasa (3/3/2020).
Maksimus dan beberapa peternak babi mendatangi Gedung DPRD Mabar untuk menyampaikan keluhan mereka terkait adanya pelarangan yang dikeluarkan oleh Bupati Ngada tersebut. Dia berharap, larangan ini tidak berlaku dalam waktu yang lama dan adanya solusi yang terbaik yang bisa dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
Hingga awal Maret 2020 sedikitnya 2.983 babi yang tersebar di lima kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) mati, akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Karena itu, Pemerintah NTT menetapkan status siaga satu virus demam babi Afrika.
Menurut data yang dimiliki Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi NTT, terdapat lima kabupaten yang sudah terserang virus ASF yakni Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang. (334)