BANGLI | patrolipost.com – Kematian babi secara sporadis terjadi dalam beberapa hari ini di wilayah Bangli. Diduga penyebab kematian karena babi terkontaminasi virus African Swirne Fever (ASF). Bahkan ditengarai ASF sudah menyebar di beberapa desa di Bangli.
Kepala Dinas Pertanian Ketahan Pangan dan Perikanan Bangli I Wayan Sarma mengatakan, kematian babi secara sporadis yang terjadi belakangan ini diduga karena penyakit ASF. Di Tahun 2020 penyakit yang disebabkan oleh virus asfvirus ini sempat menyerang peternak babi di Bali.
“Virus ASF masih ada dan berpeluang cukup tinggi serang babi,” ujarnya, Senin (18/3/2024).
Menurut Wayan Sarma secara klinis babi terserang virus ASF yakni menunjukkan gejala deman tinggi, depresi, muntah, diare, pendarahan di kulit dan organ dalam serta mucul bintik-bintik merah pada babi.
”Dalam kurun waktu 5-7 hari babi yang terpapar ASF akan mati,” ungkap Kadis asal Desa /Kecamatn Tembuku ini.
Bahkan menurut Wayan Sarma virus ASF sudah menyebar di beberapa desa dan sudah barang tentu kondisi akan berdampak pada kelangsungan para peternak babi. Lantas upaya pencegahan dan pengendalian ASF dapat dilakukan lewat penerapan biosecurity yang ketat dan pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas babi.
”Tidak kami pungkiri penerapan biosecuriy baru bisa dilakukan secara optimal pada peternak khusus, sedangkan untuk ternak rumahan masih sulit diterapkan,” ungkap Wayan Sarma.
Disamping itu pengendalian bisa dilakukan dengan melakukan isolasi terhadap babi yang terkena penyakit.
”Sebaiknya peternak yang ingin datangkan bibit jangan dari luar, usahakan di wilayah terdekat, kondisi bibit harus benar-benar sehat,” sebutnya.
Kata Wayan Sarma sejauh ini harga babi masih tetap normal di kisaran Rp 35 -38 ribu per kilogram. Hal ini dikarenakan pengiriman babi antar pulau masih berjalan dengan normal.
“Belum ada pengaruh terkait harga, untuk harga babi masih normal,” ungkapnya. (750)