BANGLI | patrolipost.com – Sejak sepekan belakangan ini harga daging babi di pasaran terus merangkak naik. Kini harga daging babi berkisar Rp 85 ribu-Rp 90 ribu per kilonya. Naiknya harga babi dikarenakan tingginya permintaan, sementara stok babi menipis.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma saat dikonfirmasi tidak menampik terjadinya kenaikan harga daging babi.
”Memang harga daging babi naik dan kami prediksi harga daging babi akan terus merangkak naik,” ungkapnya, Senin (21/12/2020).
Lanjut Wayan Sarma, naiknya harga daging babi dikarenakan stok babi menipis. Banyak peternak masih diselimuti perasaan takut memeliharaa babi pasca kematian babi secara sporadis yang diduga akibat suspek virus ASF (African Swine Fever).
”Peternak sengaja mengosongkan kandangnya selama 6 bulan, sehingga imbasnya stok babi menipis,” jelas Kadis asal Desa/Kecamatan Tembuku ini.
Selain itu pasca kematian babi yang diduga akibat ASF, peternak tidak serta merta mengisi kandangnya kembali, namun hanya memelihara babi 50 persen dari kapasitas kandang.
Sementara salah seorang saudagar babi, I Nengah Wabu mengaku kesulitan mendapatkan babi. Harga babi di kandang Rp 47 ribu per kilonya. Pria asal Tanggahan Tengah, Desa Demulih, Kecamatan Susut ini mengatakan serangan ASF menyebabkan banyak peternak mengosongkan kandangnya.
”Peternak merasa takut memelihara babi dan memilih mengosongkan kandangnya,” ujarnya, seraya menambahkan untuk babi yang dibelinya dikirim ke tempat pemotongan di Benoa, Denpasar.
Di sisi lain salah seorang pedagang daging babi di Pasar Kidul Bangli, Gusti Made Lunga mengatakan, sejak sepekan harga daging babi naik. Harga daging berkisar Rp 85 ribu – 90 ribu per kilonya.
”Kemungkinan naiknya harga karena stok babi menipis,” sebutnya. Sementara untuk harga babi di kandang Rp 46 ribu per kilonya tergantung dari berat babi. Kalau beratnya di atas 100 kg harganya lebih mahal,” jelas pedagang asal Desa Tiga, Kecamatan Susut ini. (750)