BANGLI | patrolipost.com – Subak yang ada di weweidangan Subak Tampa Dehe harus bergantian untuk mendapatkan air karena debit air kecil. Menyikapi hal tersebut para pengelola subak membuat kesepakatan dalam pembagian jatah air Subak.
Kelian Gede Tampa Dehe, I Wayan Lanus mengatakan pasca jebolnya Bendungan Munduk Bebengan di Wilayah Tegalang, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli sejak tiga tahun terakhir subak di wilayahnya tidak mendapat pasokan air. Baru kemudian tahun 2021 lalu sudah dilakukan perbaikan sehingga sejak bulan Maret lalu mulai ada air mengalir ke wilayah Subak Tampa Dehe.
Walaupun air sudah mengalir seluruh petani di wilayah Tampe Dehe tidak bisa langsung tanam padi karena debit air yang kecil. Subak Tampe Dehe mewilayahi beberapa Subak seperti Subak Pecala, Uma Tai, Uma Anyar dan Siladan.
Lanjutnya, untuk mengatasi masalah debit air kecil dan mengindari adanya perebutan air sesama petani maka dibuatlah kesepakatan untuk pembagian air secara bergilir.
“Saat ini air baru mengaliri lahan di Subak Pecala,” ujarnya, Senin (16/5/2022).
Adapun kesepakatan yang dibuat yakni setiap Subak mendapat giliran setiap enam bulan. Saat ini baru di Subak Pecala, maka enam bulan berikutnya air dialirkan ke Subak Uma Tai.
“Begitu giliran Subak Pecala selesai maka akan langsung ditutup, petani tidak boleh mengalirkan. Air langsung dialirkan ke lahan Subak Uma Tai,” jelasnya.
Terpisah, Kelian Subak Pecala, I Nyoman Suarjaya mengatakan luas lahan Subak Pecala sekitar 21,8 hektar. Kemudian yang sudah ditanami padi baru sebagian.
Menurutnya karena lahan lama terbengkalai kini petani masih membersihkan lahan dari tanaman ilalang. Selain itu perlu waktu agar lahan gembur. “Lama tidak dapat lair, tentu lahan sudah mengeras,” sambungnya.
Diakui cuaca panas dan debit air kecil menyulitkan petani untuk menggarap lahan yang bertahun-tahun tidak ditanami. Kata Nyoman Suarjaya para petani di Subak Pecala memiliki waktu hingga bulan Desember. Setelah itu air akan dialirkan ke Subak lainnya.
“Sebelum kejadian jebol bendungan dalam setahun petani bisa 2-3 kali menanam padi. Kalau sekarang paling hanya sekali saja. Kondisi ini menyebabkan penurunan produksi padi,” ujarnya.
Lanjut Nyoman Suarjaya setelah selesai mendapat giliran air, maka petani akan beralih ke tanaman palawija. Sama halnya dengan Subak lainnya yang kini belum mendapat giliran air. Ditambahkan pula, perbaikan bendungan sudah dilakukan pemerintah, namun kondisi di lapangan air ke Subak masih kecil.
“Kemungkinan perencanaan yang lemah saat pembangunan bedungan, justru air irigasi banyak terbuang percuma ke Tukad Melangit,” ungkapnya. (750)