Demi Berhentinya Perang, Hamas Ikhlas Menyetujui Proposal Gencatan Senjata yang Memberatkan Pihaknya

petinggi hamas
Khalil al-Hayya, petinggi Hamas saat konferensi pers di Lebanon. (ist)

KAIRO | patrolipost.com – Pemimpin Hamas pada Sabtu (29/3/2025) mengatakan telah menyetujui proposal gencatan senjata Gaza yang diterimanya dua hari lalu dari mediator Mesir dan Qatar.

“Dua hari lalu, kami menerima proposal dari mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya dengan positif dan menerimanya,” kata Khalil al-Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi dikutip dari Reuters.

Bacaan Lainnya

“Kami berharap pendudukan (Israel) tidak akan merusaknya,” kata Hayya, yang memimpin tim negosiasi Hamas dalam pembicaraan tidak langsung yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang Hamas-Israel di Gaza yang meletus pada Oktober 2023.

Di sisi lain, sumber keamanan mengatakan pada Kamis lalu bahwa Mesir telah menerima indikasi positif dari Israel atas proposal gencatan senjata baru yang akan mencakup fase transisi.

“Proposal tersebut menyarankan Hamas membebaskan lima sandera Israel yang ditahannya setiap minggu,” kata sumber tersebut.

Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan telah mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator, dan bahwa Israel telah menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat.

Gencatan Senjata Bertahap

Fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari setelah 15 bulan perang dan melibatkan penghentian pertempuran, pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan oleh Hamas, dan pembebasan beberapa tahanan Palestina.

Tahap kedua dari kesepakatan tiga tahap tersebut dimaksudkan untuk fokus pada kesepakatan pembebasan sandera yang tersisa dan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Hamas mengatakan setiap proposal harus mengizinkan peluncuran tahap kedua, sementara Israel telah menawarkan untuk memperpanjang tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari.

Menanggapi seruan Israel dan Amerika Serikat agar Hamas melucuti senjata, Hayya mengatakan persenjataan kelompok itu adalah garis merah dan tidak akan melucuti senjata selama ‘pendudukan’ Israel masih berlangsung. Israel dan AS mengatakan Hamas tidak boleh memiliki peran dalam pengaturan Gaza pascaperang.

Selama upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata, militer Israel terus melancarkan tekanan dengan serangan militer Israel di Gaza yang berlanjut pada hari Sabtu (29/3/2025) yang menewaskan sedikitnya 20 warga Palestina di seluruh wilayah kantong itu.

Militer Israel mengatakan telah memulai “aktivitas darat” di lingkungan Jneina di daerah Rafah untuk memperluas apa yang digambarkannya sebagai zona keamanan di Gaza Selatan.

Pada tanggal 18 Maret, Israel melanjutkan pengeboman dan operasi darat di Gaza, yang katanya dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan pada Hamas agar membebaskan para sandera. (pp04)

Pos terkait