BANGLI | patrolipost.com – Sebuah bangunan palinggih padma berdampingan dengan water closet (WC) atau kloset ditemukan di wilayah Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli dan beberapa lokasi di Kecamatan Kintamani, Bangli. Fenomena ini cukup meresahkan masyarakat dan dituding telah melecehkan agama Hindu. Sementara warga yang membangun palinggih bersebelahan dengan kloset jongkok tersebut ditengarai mengikuti suatu aliran.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Ketua PHDI Bangli Nyoman Sukra mengakui memang ditemukan palinggih dibangun bersebelahan dengan WC. Nyoman Sukra mengatakan terkait persoalan ini masih dalam pendalaman. Untuk masalah ini ranahnya Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Keagamaan Masyarakat (PAKEM). PAKEM sendiri beranggotakan beberapa instansi terkait yang diketuai oleh Kajari Bangli.
Menurut Nyoman Sukra, atas kondisi ini PAKEM sudah mengambil langkah-langkah. Untuk tahap pertama yakni dilakukan pendataan dan diketahui ini merupakan aliran Bija Kuning.
“Tahap pertama dilakukan pendataan, sementara kami temukan keberadaannya di wilayah Kelurahan Kawan dan Desa Bantang,” ungkapnya, Jumat (31/1/2020).
Lebih lanjut untuk tahap kedua dilakukan pendekatan terhadap keluarga yang memiliki palinggih berdampingan dengan kloset. Kata Nyoman Sukra, bahwa palinggih yang dibangun bersebelahan dengan kloset ini cukup meresahkan masyarakat.
“Memang ini awalnya berdasarkan laporan dari masyarakat, kemudian tim langsung menindaklanjuti. Dari pendekatan yang telah dilakukan, pemilik palinggih sudah membongkar kloset tersebut dan menggantinya dengan priyuk. Bahwa pemiliki palinggih mengakui mendapatkan pawisik,” jelasnya.
Nyoman Sukra menambahkan, untuk tahap ketiga adalah pembinaan. Karena ini adalah umat Hindu maka pembinaan dilakukan oleh PHDI. Sebelum dilakukan pembinaan lebih lanjut, kata Nyoman Sukra, dilakukan pendataan, sebab dimungkinkan di tempat lain masih ada.
“Kami lakukan pendataan dulu, setelah itu baru dilakukan pembinaan,” ujarnya.
Ditemui terpisah, salah satu pemilik palinggih tersebut mengatakan bahwa dibangunya palinggih dan kloset di sebelahnya bukan karena mengikuti suatu aliran. Pemilik palinggih ini menjelaskan bahwa palinggih padma tersebut sudah dibangun sejak 2 tahun lalu.
Lanjutnya, bahwa palinggih padma dibangun usai orangtuanya (ibu) sembuh dari sakit. Remaja putri ini mengungkapkan jika awalnya keluarga pergi ke wilayah Desa Bantang dan di sana sembahyang di palinggih yang juga ada klosetnya.
“Setelah dari sana, syukur sakit ibu saya tidak pernah kambuh. Padahal sebelumnya hampir setiap minggu pergi ke dokter,” bebernya sembari meminta untuk namanya tidak disebutkan.
Selanjutnya keluarga ini pun membangun palinggih yang bersebelahan dengan kloset. Kemudian dipasangnya sebuah kloset tepat di sebelah palinggih tersebut karena mereka memiliki keyakinan bahwa Ida Sesuhunan ibaratkan manusia yang membutuhkan toilet.
“Ibaratkan seperti kita, yang membutuhkan toilet,” ungkapnya. Disinggung terkait adanya sesajen khusus, pihaknya mengaku tidak ada persembahan khusus. Pihaknya sembahyang seperti biasa menggunakan canang dan memuja Ida Bhatara Surya.
Hanya saja setiap paginya, kloset di dekat palinggih disiram dengan air. Selain itu di palinggih dihaturkan wedang (kopi). Kemudian beberapa hari terakhir pihaknya didatangi pihak berwajib. Diakui jika pihaknya disarankan untuk membongkar kloset tersebut. Lantas kloset tersebut akhirnya ditutup dan diganti menggunakan kendi/priyuk. “Baru tadi siang diganti menggunakan priyuk,” sebutnya.
Sementara itu saat disinggung terkait nunas tirta menggunakan tangan kiri, pihaknya mengatakan penggunaan tangan kiri hanya sewaktu-waktu. Dan memang pihaknya meyakini antara tangan kanan dan kiri sama-sama suci.
“Kedudukan tangan kanan maupun kiri sama saja. Tangan kanan toh juga dipakai mengambil bangke (mayat),” kata remaja yang baru tamat SMK ini. (750)