Dirut RSUD Buleleng: Triwulan I 6 Orang Meninggal Akibat Rabies

dirut rsud
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha SpPD. (ist)

SINGARAJA | patrolipost.com – Pasca anjing mengamuk dan menggigit 6 orang di Desa/Kecamatan Busungbiu Rabu (1/6), terungkap bahwa kasus gigitan anjing di Desa Busungbiu selama ini tercatat sebanyak 22 kasus, terhitung Januari hingga Juni 2022. Hal itu membuat Pemerintah Desa (Pemdes) Busungbiu mengirimkan surat permintaan untuk mengadakan eliminasi terhadap anjing liar kepada Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.

Kepala Desa Busungbiu, Ketut Suartama mengatakan langkah itu diambil setelah banyaknya kasus gigitan anjing liar yang terjadi didesanya.

Bacaan Lainnya

”Saya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk melakukan eliminasi dan vaksinasi anjing. Apalagi di sini anjing liar cukup banyak. Rencana Jumat ini dilakukan eliminasi,” kata Suartama.

Dari data yang tercatat di RSUD Buleleng terkait kasus gigitan anjing liar dengan potensi rabies, Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha SpPD mengatakan, hingga triwulan pertama tahun 2022 sebanyak 6 warga tercatat meninggal akibat gigitan anjing rabies. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kematian akibat gigitan anjing liar mengalami peningkatan sangat signifikan.

“Lonjakannya cukup tinggi, jika tahun sebelumnya hanya 1 kasus kematian, di tahun ini untuk triwulan awal ada sebanyak 6 kasus kematian akibat rabies,” kata Arya Nugraha, Kamis (2/6/2022).

Penyebab banyaknya kasus kematian itu, menurut dr Arya Nugraha akibat terlambatnya penanganan pasca digigit anjing. Menurutnya, masa inkubasi virus rabies termasuk panjang namun jika selama 6 bulan atau lebih setelah digigit tidak mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) maka akibatnya sangat fatal yakni kematian.

“Perhatikan masa inkubasi rabies, dalam banyak kasus antara 6 bulan hingga 2 tahun. Dan itu juga tergantung lokasi gigitan bahkan bisa lebih cepat antara 3 minggu hingga 1 bulan,” imbuhnya.

Menurut dr Arya Nugraha, jika virus rabies sudah memasuki fase lebih lanjut terlebih sudah menyerang sistim syaraf, hal itu sudah sangat terlambat untuk dapat diselematkan. Hampir semua kasus rabies yang terlambat mendapatkan VAR dipastikan fatal.

”Dari 6 kasus kematian akibat rabies itu hampir semua terlambat mendapat penanganan,” sambungnya.

Namun demikian, tidak semua kasus gigitan anjing suspect rabies. Dan hal itu memerlukan waktu untuk memastikan anjing yang menggigit rabies atau bukan. Ciri anjing rabies sangat mudah didentifikasi. Tandanya menurut dr Arya Nugraha cenderung menunjukkan gejala sakit, gaduh, gelisah dan liar dan menggigit siapapun tanpa alasan.

“Anjing pada umumnya sekalipun akan galak jika terintimdasi. Tapi kalau anjing rabies memang mencari objek untuk digigit, tidak saja manusia tapi semua yang bisa menjadi sasaran untuk digigit,” jelasnya.

Indikator lainnya sambung dr Arya Nugraha, setelah menggigit anjing tersebut baik-baik saja dipastikan tidak rabies. Sebaliknya jika anjing tersebut mati maka dipastikan rabies. Orang yang kena gigit secepatnya mendapatkan VAR.

”Sebaiknya anjing menggigit tidak langsung dibunuh namun dibiarkan terlebih dahulu. Jika dalam waktu sepekan tidak mati maka dipastikan bukan rabies,” lanjutnya.

Selain angka kematian, di RSUD Buleleng juga mencatat adanya pemakaian VAR cukup tinggi. Hingga bulan Juni 2022 ini sebanyak 303 orang telah meminta untuk divaksin rabies. Hal itu akibat meningkatnya kasus gigitan anjing yang berpotensi rabies.

”Warga yang divaksin VAR hingga bulan ini sudah sebanyak 303 orang dengan kasus tergigit anjing. Dan itu untuk 4 kali suntikan dengan rentang waktu berbeda,” jelasnya.

Untuk mengatasi kasus rabies, dr Arya Nugraha mengatakan, penangananya harus melalui tiga tingkatan yakni dari hulu, tengah hingga ke hilir. ”Dihulu penangannya anjing liar dilakukan eliminasi atau vaksinasi untuk anjing jika diperlukan dan di tengahnya dilakukan VAR bagi yang tergigit,” tandasnya. (625)

Pos terkait