JAKARTA | patrolipost.com – Pulau Jawa menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak penyebaran covid-19 di Indonesia. Mulai dari perekonomian DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta hingga Jawa Timur mengalami tekanan akibat virus ini.
Kepala ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro mengungkapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat ekonomi di Pulau Jawa menurun. Dia menyebut kuartal I 2020 ekonomi pulau Jawa tercatat 3,42%.
“Pulau Jawa penurunan ekonominya signifikan karena di Pulau Jawa ini terdampak yang paling besar,” kata Andry dalam diskusi, Jumat (8/5/2020).
Andry mengatakan hal ini juga terjadi karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terjadi pertama kali di Jakarta, kemudian diikuti Jawa Barat dan bagian di pulau Jawa yang lain.
“Hal ini otomatis memukul industri manufaktur. Kemudian daerah lain juga mengalami penurunan seperti Sumatera yang tumbuh 3,25%, Kalimantan 2,49%, Sulawesi 3,83%, Bali- Nusa Tenggara 0,94%,” imbuh dia.
Dia menyampaikan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 memang jauh di bawah ekspektasi pasar. Namun angka ini masih lebih baik dibandingkan dengan negara-negara yang mengalami kontraksi.
Memang dampak pandemi ini paling terasa ke sektor riil dan keuangan. Hal ini mempengaruhi aliran modal asing dan modal keluar di pasar modal dan investasi.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) menjelaskan jika penurunan pertumbuhan ekonomi ini terjadi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang menyebabkan konsumsi dan investasi rendah.
“Soal PDB kuartal I ini hanya 2,97%. Kami sampaikan ini lebih rendah dari perkiraan kami 4,4%. Faktor yang mendasari adalah dampak dari penanganan COVID-19 seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), social distancing dan work from home mempengaruhi ekonomi baik konsumsi maupun investasi,” kata Perry.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro mengungkapkan krisis yang diakibatkan oleh COVID-19 ini berdampak lebih berat untuk perekonomian Indonesia dan ekonomi global.
Menurut dia pada krisis 2020 ini pandemi COVID-19 ini terjadi di 200 negara yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi ‘ngesot’, terasa sekali di Pulau Jawa.
Dia menyebabkan dampak krisis ini terjadi di semua lini usaha mulai dari industri retail, konsumer, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan merambah ke korporasi. Sedangkan sektor yang paling terdampak adalah pariwisata, hotel, perdagangan, manufaktur dan keuangan.
Sementara itu untuk krisis finansial global pada 2008 ini terjadi dengan episentrum di Amerika Serikat (AS) dengan dampak paling besar di negara-negara yang memiliki ketergantungan dengan sektor keuangan AS dan Eropa. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke 4,6%.
Kemudian cadangan devisa Indonesia saat itu tercatat US$ 51,6 miliar. Krisis waktu itu hanya terdampak pada korporasi besar dan sektor yang terdampak adalah keuangan terutama perbankan dan capital market.
Pada krisis finansial Asia 1998 ini terjadi episentrum di Thailand, Korea Selatan dan Indonesia. Saat itu negara maju tidak banyak terpengaruh, namun negara berkembang mengalami kontraksi seperti Indonesia yang terkontraksi -13%.
“Krisis terjadi pada korporasi besar, khususnya yang memiliki kewajiban utang luar negeri yang sangat besar,” imbuh dia.
Kemudian sektor yang terdampak adalah perbankan sebagai dampak dari gagalnya pembayaran korporasi.(305/dtc)