SURABAYA | patrolipost.com – Beragam upaya sudah dilakukan pemangku kebijakan di Jatim untuk mencegah meluasnya persebaran coronavirus disease (covid-19). Hanya saja, pertumbuhan virus Corona di Jatim masih cukup tinggi. Situasi tersebut berpotensi masih akan berlangsung. Salah satu pemicunya, arus pendatang dari luar Jatim yang terus mengalir.
Hal itu diungkapkan tim gugus tugas percepatan penanganan covid-19 (GTPP) pusat yang mulai turun ke Jatim kemarin. Tim yang dipimpin Liaison Officer (LO) BNPB Mayjen TNI (Purn) Eko Budi itu memantau jalannya penanganan pandemi yang terjadi di provinsi ini.
Selain berfokus terhadap pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya, tim GTPP Covid-19 pusat memantau situasi penangan serta data epidemologis yang menyangkut kondisi sosial masyarakat di Jatim.
Eko mengatakan, saat ini Jatim mengalami pertumbuhan kasus positif covid-19 yang cukup tinggi. Berbeda dengan Jakarta yang mulai landai. Karena itu, Ketua BNPB Pusat Doni Monardo memintanya turun ke Jawa Timur. ”Kami ingin memastikan indikasi penambahan yang cukup tinggi itu,’’ kata Eko Budi.
Dia menjelaskan, sudah ada dugaan-dugaan terkait penambahan yang tinggi tersebut. Salah satunya, banyak warga yang memaksa pulang kampung. Mereka bisa menjadi penyebar virus tersebut. ”Ini sedang kami telaah dan dipastikan di lapangan,’’ katanya.
Selain itu, perkembangan persebaran covid-19 di Jatim dipicu munculnya beberapa klaster baru. Antara lain, klaster pasar dan industri. Klaster tersebut memunculkan kasus positif baru. Jumlahnya cukup banyak. Fenomena itu pula yang menyebabkan persebaran kasus positif di Jatim meningkat.
Ketua tim GTPP Covid-19 Jatim Rumpun Tracing dr Kohar Hari Santoso sepakat dengan dugaan tim GTPP covid-19 pusat. Warga luar Jatim yang pulang kampung sebagian besar dalam kondisi segar. Tapi, mereka belum tentu sehat. Bisa jadi, mereka bagian dari orang tanpa gejala (OTG). ”Orang yang seperti ini juga menularkan virus,’’ katanya.
Dokter Kohar mencontohkan penularan DBD adalah nyamuk. Antisipasi yang dilakukan adalah pemberantasan nyamuk. Nah, penularan virus korona melalui berbagai cara. Salah satunya interaksi dengan orang yang mengidap penyakit tersebut. ”Warga pulang kampung bisa jadi OTG yang mengidap penyakit,’’ ucapnya.
Dia juga membenarkan beberapa potensi klaster baru pemicu tambahan kasus positif Covid-19 di Jatim disebabkan OTG. Sebab, secara fisik, OTG tidak beda dengan orang sehat. Mereka hidup seperti orang sehat. ”Tapi, hasil tes medis, mereka positif,’’ tegas dr Kohar.
Hingga kemarin, jumlah kasus positif korona di Jatim sudah mencapai 1.265 pasien. Sebarannya juga bertambah. Kini, tinggal satu daerah yang berstatus zero Covid-19. Yakni Sampang. Yang baru saja beralih status dari zero covid menjadi zona merah adalah Kota Madiun.
Berbagai upaya tengah dijajaki tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jatim untuk mencegah meluasnya persebaran virus korona. Salah satunya adalah pemberlakuan program pasar ganjil genap. Hanya, GTPP masih mengkaji rencana itu lebih mendalam lantaran multiplier effect-nya yang cukup tinggi.
Ketua GTPP Covid-19 Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, jadi tidaknya penerapan pasar ganjil genap masih dibahas. ”Sedang disusun teknisnya. Sematang mungkin,” ujarnya.
Ide penerapan pasar ganjil genap tidak lepas dari bermunculannya klaster-klaster baru persebaran virus yang bermula dari lingkungan pasar. Jika program itu diterapkan, ada pembatasan yang dilakukan. Di antaranya, sistem sehari buka sehari tutup berdasar nomor kios/los di tiap pasar. Dengan demikian, jarak antar pedagang maupun para pembeli bisa lebih longgar.
Selain itu, kebijakan physical distancing di lingkungan pasar juga lebih diperketat. Dengan demikian, pembatasan pertemuan fisik antarorang di lingkungan pasar bisa dibatasi. Ada sejumlah pasar yang berpotensi jadi objek penerapan program itu. Salah satunya adalah pasar tradisional.
Sebab, penataan los atau kios belum seluruhnya rapi. Standar protokol kesehatan di sana juga kurang maksimal. ”Yang jelas, ini bukan larangan berjualan. Tapi, lebih pada pembatasan,” katanya.
Hingga kini, jumlah pasien berstatus positif virus korona di Jatim masih terus bertambah. Salah satu pemicunya adalah berasal dari klaster-klaster baru yang berbasis dari pasar. Efek pandemi virus korona benar-benar merata. Semua sektor terdampak. Tak terkecuali pemasukan keuangan daerah. Terakhir adalah jatah dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) yang akan diterima Pemprov Jatim dari pusat. Jumlahnya diprediksi mengalami perubahan. Pada 2019, DAU yang diterima Pemprov Jatim sekitar Rp 3,9 triliun. Idealnya, tahun ini ada penambahan. Namun, sangat mungkin DAU tahun ini tidak sebesar tahun sebelumnya.
Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elestianto Dardak sudah memprediksi itu. Perubahan tersebut meliputi jumlah maupun kebijakannya. ”Kami sudah memprediksi dan menyiapkan langkah alternatif,’’ katanya. Dia menjelaskan, dengan situasi saat ini, DAK-DAU berpotensi turun. Efeknya, program-program yang sudah disiapkan pemprov berpotensi berubah.
Namun, Emil optimistis perubahan itu tidak membawa dampak negatif terhadap program-program yang sudah disusun. ”Selama pemerintah provinsi siap, bisa dicarikan solusi. Nah, kami sedang menyiapkan itu,’’ ucapnya.
Dia belum menjelaskan langkah alternatif yang disiapkan. Pembahasan masih di tingkatan awal. Selain itu, pemprov terus memantau kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Keuangan. Bisa jadi, ada kebijakan yang memberikan angin segar bagi pemprov maupun pemerintah daerah. Sebelumnya, pemprov menggelontorkan dana khusus untuk mengatasi pandemi virus korona di Jatim.(305/jpc)