SINGARAJA | patrolipost.com – Akibat gempa bumi, Kamis (14/11) lalu berkekuatan 5,1 magnitudo di wilayah Buleleng berdampak cukup luas. Ratusan rumah warga mengalami kerusakan berat, sedang dan ringan. Nilai kerugian ditaksir Rp 1,6 miliar.
Data yang dilansir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, di Kecamatan Seririt tercatat 62 rumah warga rusak dengan kondisi retak pada tembok, atap genteng dan rumah rusak dengan kondisi sedang. Kemudian 24 fasilitas umum rusak, namun nihil korban jiwa.
Sedangkan di Kecamatan Gerokgak sebanyak 19 rumah warga rusak dan 7 fasilitas umum. Kecamatan Banjar 2 buah rumah warga rusak. Sedangkan di Sukasada satu rumah rusak dan 3 rumah warga di Busungbiu rusak diterjang puting beliung.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya masih terus melakukan up date data dampak kerusakan rumah warga, tempat peribadatan dan fasilitas umum.
“Total kerugian kerusakan akibat gempa mencapai Rp 1,6 miliar lebih. Kerusakan rata-rata sebagai besar pada tembok rumah warga yang retak,” katanya, Sabtu (16/11).
Ditambahkan Suadnyana, pihaknya masih terus melakukan kalkulasi untuk menemukan angka dan data sebenarnya akibat gempa sebelumnya. Hal itu untuk melakukan estimasi besaran bantuan logistik dan fisik yang akan diberikan kepada para korban gempa.
“Nanti kami input data ke provinsi dan BNPB. Kerusakan berat dilaporkan pada BNPB pusat agar diberikan bantuan.. Sedangkan rumah warga dengan kondisi kerusakan sifatnya ringan dan sedang ke Provinsi,” terangnya.
Sementara itu, pasca gempa pada Kamis lalu situasi daerah Seririt maupun Gerokgak dan sekitarnya sudah kondusif. Masyarakat sudah tidak lagi mengungsi. Bahkan aktivitas warga dan pusat pertokoan kembali normal.
Hanya saja di beberapa titik pada malam hari masih ada warga yang tidur di trotoar jalan. Alasannya, masih ada kekhawatiran yang cukup kuat akan terjadinya gempa susulan sewaktu-waktu.
“Kami mengimbau warga tetap waspada, tidak panik jika terjadi gempa kembali. Jadikan sebagai pembelajaran. Kemudian masyarakat harus jernih mencari sumber infomasi, tidak terpengaruh atau ikut-ikutan dengan berita yang tidak jelas sumbernya,” tandas Suadnyana. (625)