BANGLI | patrolipost.com – Walapun prosesnya masih panjang, namun beberapa kader Partai Golkar Bangli cenderung mengusung paket Made Subrata – Ngakan Kutha Parwata. Pasalnya kolaborasi paket Kintamani – Tembuku ini akan mampu menyaingi paket yang diusung PDIP dalam Pilkada nanti.
“Kami lebih cenderung mengusung paket Made Subrata-Kutha Parwata,” ujar kader Golkar asal Bangli ini.
Adapun pertimbanganya, Made Subrata merupakan seorang perbekel dan memiliki hubungan dekat dengan hampir sebagian perbekel di Kecamatan Kintamani. Selain itu Made Subrata tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan kakaknya selaku Bupati Bangli.
“Kemenangan paket Gita jilid 1 tidak bisa dipisahkan dengan dukungan dari para perbekel, tentu ini menjadi pertimbangan kami cenderung memilih Made Subrata,” sebutnya. Selain itu poin lainnya Made Subrata tidak bisa lepas dari bayang-bayang kakaknya Made Gianyar selaku Bupati Bangli.
Sementra dengan Ngakan Kutha Parwata, karena politisi asal Desa Bangbang tersebut merupakan tokoh PDIP. Dengan menggandengn Ngakan Kutha Parwta setidaknya mampu mengembosi suara PDIP. Apalagi sosok Ngakan Kuta dikenal sebagai politisi polos dan sederhana sehingga banyak menggundang simpati. Selain itu mantan Ketua DPRD Bangli periode (2014-2019) itu juga supel dalam pergaulan. “Beliau dengan siapa pun bergaul walaupun dengan yang beda warna,” jelasnya.
Disinggung untuk posisi, kata kader Golkar ini, posisi calon bupati dialamatkan kepada Made Subrata dengan pertimbangan luas wilayah dan jumlah pemilihnya. “Realitis kami berpikir jumlah pemilih di Kintamani paling besar dibandingkan dengan tiga kecamatan lainya,” sebutnya.
Terpisah kader PDIP Bangli, Nengah Sumiarta yakin kalau Ngakan Kutha Parwata tidak akan meninggalkan kandang banteng yang selama ini mengayominya. “Saya kenal betul dengan beliau, kader yang akrab dipanggi Gus Dek tersebut adalah kader militan dan beretika sehingga tidak mungkin hengkang dari PDIP,” jelas kader asal banjar Tanggahan Peken, Desa Sulahan, Susut ini.
Lantas disinggung seandainya Ngakan Kutha Parwata memilih keluar dan nyalon dengan kendaraan lain dalam Pilkada nanti, kata Nengah Sumiarta, tentu perjuangan PDIP semakin berat. Karena Ngakan Kuta Parwata dikenal sebagai sosok yang sosial dan merakyat. Untuk itu Nengah Sumiarta meminta agar PDIP tetap menjaga kesolidan dan jauhakn sifat jemawa.
“Jangan hasil Pileg dijadikan patokan karena nuansa Pileg dan Pilkada berbeda, buktinya saja saat Pileg di kandangnya menang tapi dalam Pilgub kalah,” sebut Nengah Sumiarta. (750)