GAZA | patrolipost.com – Militer Israel di Gaza mengklaim sudah mengepung Kota Gaza. Pasukan darat Israel pun berupaya menemukan dan melumpuhkan jaringan terowongan besar militan Hamas di bawah wilayah kantong tersebut pada Rabu (8/11/2023).
Diberitakan reuters, sejak kelompok bersenjata Hamas membunuh 1.400 orang dan menyandera 240 orang dalam serangan senjata lintas batas pada 7 Oktober, Israel telah menggempur Gaza dari udara dan menggunakan pasukan darat untuk membagi wilayah pesisir itu menjadi dua.
Serangan udara di Jalur Gaza menewaskan seorang pembuat senjata Hamas dan beberapa pejuangnya, sementara serangan udara dan darat menargetkan jaringan terowongan militan di bawah wilayah kantong Palestina yang terkepung.
Kota Gaza, benteng utama kelompok militan Hamas di wilayah tersebut, dikepung oleh pasukan Israel. Militer mengatakan pasukannya telah maju ke jantung kota berpenduduk padat tersebut. Sementara itu, pihak Hamas mengatakan, para pejuangnya telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang.
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas yang membentang ratusan kilometer di bawah Gaza.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel menargetkan pasukan Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker dan ruang komunikasi.
Tank-tank Israel menghadapi perlawanan sengit dari pejuang Hamas yang menggunakan jaringan terowongan untuk melancarkan penyergapan. Demikian menurut dua sumber Hamas.
Warga Israel telah menyuarakan ketakutannya bahwa operasi militer dapat semakin membahayakan para sandera, yang diyakini ditahan di terowongan. Israel mengatakan mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan. Lalu Hamas pun bersikukuh mereka tidak akan berhenti berperang saat Gaza diserang.
“Saya menantang (Israel) apakah hingga saat ini mereka mampu mencatat pencapaian militer apa pun di lapangan selain membunuh warga sipil,” kata pejabat senior Hamas Ghazi Hamad kepada televisi Al Jazeera.
“Gaza tidak bisa dipecahkan dan akan tetap menjadi duri di tenggorokan Amerika dan Zionis,” kata Hamad.
Meskipun operasi militer Israel terfokus di bagian Utara Gaza, bagian Selatan juga mendapat serangan. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 23 orang tewas dalam dua serangan udara Israel pada hari Selasa di kota Selatan Khan Younis dan Rafah.
Sejak 7 Oktober, pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak, menurut penghitungan pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Washington mendukung posisi Israel bahwa gencatan senjata akan membantu Hamas secara militer. Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa ia telah mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menghentikan sementara pertempuran.
Di Khan Younis, Gaza, tim penyelamat menggunakan tangan kosong untuk mencoba membebaskan seorang gadis yang terkubur di pinggangnya dalam puing-puing menyusul serangan terhadap sebuah rumah yang menurut pejabat kesehatan menewaskan 11 orang.
“Ini adalah keberanian yang disebut Israel, mereka menunjukkan kekuatan dan kekuasaan mereka terhadap warga sipil, bayi, anak-anak dan orang tua yang berada di dalam rumah,” kata Ahmed Ayesh, yang diselamatkan dari reruntuhan rumah.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan pada Selasa malam bahwa mereka menembakkan rudal ke Tel Aviv, dan sirene roket terdengar di Kota Israel dan kota-kota lain di Israel Tengah.
Warga Israel di Tel Aviv memperingati satu bulan sejak serangan Hamas dengan menyalakan lilin di sekitar foto para sandera di Habima Square. Ada yang menangis, ada pula yang bernyanyi atau berdoa.
“Saya datang untuk melihat wajah para sandera, untuk merasa menjadi bagian darinya. … Saya ingin berada di sisi keluarga yang orang-orang terkasihnya berada di Gaza,” kata Valeria Nesterov (24) yang berprofesi sebagai seorang penata rias.
Israel sejauh ini masih belum jelas mengenai rencana jangka panjangnya jika mereka mencapai tujuan yang dinyatakan untuk mengalahkan Hamas. Dalam beberapa komentar langsung pertama mengenai masalah ini, Netanyahu mengatakan Israel akan berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di Gaza untuk jangka waktu yang tidak terbatas setelah perang.
Namun para pejabat mengatakan Israel tidak tertarik untuk mengatur daerah kantong tersebut. Gallant, Menteri Pertahanan Israel mengatakan bahwa setelah perang selesai, baik Israel maupun Hamas tidak akan memerintah Gaza.
Kondisi kehidupan di Gaza yang sudah sangat buruk semakin memburuk setelah sebulan dibombardir tanpa henti. Hampir dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi internal, menurut angka PBB, dan ribuan orang mencari perlindungan di rumah sakit termasuk di tempat penampungan sementara di tempat parkir mobil mereka.
Di rumah sakit Al Shifa Kota Gaza, Um Haitham Hejela, seorang wanita yang berlindung bersama anak-anak kecil di tenda darurat yang terbuat dari kain, mengatakan mereka meninggalkan rumah karena serangan udara.
“Situasinya semakin buruk dari hari ke hari,” katanya.
“Tidak ada makanan, tidak ada air. Ketika anak saya pergi mengambil air, dia mengantre selama tiga atau empat jam. Mereka menyerang toko roti, kami tidak punya roti,” sambungnya.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 122.000 warga Gaza yang mengungsi berlindung di rumah sakit, gereja, dan bangunan umum lainnya di seluruh Jalur Gaza, dan 827.000 lainnya berlindung di sekolah.
Militer Israel menuduh Hamas menyembunyikan pintu masuk terowongan dan pusat operasional di dalam rumah sakit Al Shifa, namun kelompok tersebut membantahnya. (pp04)