DENPASAR | patrolipost.com – Myrna Soeryo, seorang jandapreneur dan praktisi komunikasi, meluncurkan buku kumpulan puisi pertamanya berjudul ‘The Dark Alley’ atau Lorong Gelap. Buku itu diluncurkan bertepatan dengan Hari Janda Internasional atau Widows Day, yang jatuh setiap tanggal 23 Juni.
Menurut Myrna, buku tersebut bercerita tentang pengalaman pribadinya. Terbagi dalam tiga bab dan tiap bab bercerita saat ia berada di titik terendah dalam hidup.
“Saya jatuh bangun dan berjuang, berusaha menemukan jati diri saya sendiri dan memberanikan diri untuk keluar dari relasi beracun yang sama, dan akhirnya menemukan jati diri, termasuk mencintai diri saya sendiri sepenuhnya,” kata Myrna melalui keterangan tertulis, Rabu (23/6/2021).
Proses kreatif penulisan buku dilakukan saat awal pandemi di tahun 2020. The Dark Alley akan menjadi buku pertama dari trilogi buku puisi bertemakan cinta, yang akan diluncurkan oleh Myrna.
Myrna berharap buku yang ditulisnya mampu jadi sumber inspirasi untuk perempuan yang sedang berada di lorong gelap.
“Buku ini saya dedikasikan untuk para janda dan perempuan yang sedang berada di masing-masing lorong gelap mereka, agar tidak terus terpuruk dalam lorong gelapnya, tetapi terus melangkah maju, untuk menemukan cahaya,” ujarnya.
Mantan Country Manager dari Google-Waze Indonesia dan Eurekawomen host Marlin Siahaan mengatakan, membaca buku ‘The Dark Alley’ seperti melihat kekuatan seorang Myrna melewati berbagai fase kehidupannya.
“Bahkan hingga akhirnya menemukan ketenangan hidup dengan kekuatan cinta yang melekat pada diri dalam melewati berbagai rintangan,” kata Marlin.
Sementara, penulis buku ‘The Single Moms’ dan penulis skenario Mia Amalia menyebut, Myrna mampu menjadi penuntun banyak perempuan yang tengah menghadapi persoalan yang sama dengan dirinya.
“Terima kasih sudah mengingatkan bahwa kalau kita terus berjalan, ada cahaya di ujung sana,” ujar Mia.
Dalam bukunya, Myrna membagi cintanya dalam tiga babak yakni, porak-poranda, menemukan dirinya (kembali), dan (berhasil) jatuh cinta lagi.
“Semua ditulis dalam rangkaian puisi yang jujur, to the point menggambarkan rasa. Karena cinta memang perkara rasa,” timpal Candra Widanarko, mantan Pemimpin Redaksi majalah Gaya Hidup. (pp03)