BANGLI | patrolipost.com – Sejak sebulan terakhir ketersediaan jangkrik di beberpa tempat penjual pakan burung sulit didapat. Hal ini menyebabkan para penghoby burung di Bangli dibuat kelimpungan.
Menurut salah seorang penghoby sekaligus peternak burung, I Nyoman Rai Wirastama, kelangkaan pakan burung jenis jangkrik sudah berlangsung sejak sebulan terakhir. Pria yang akrab dipanggil Mang Rai ini menjelaskan, kelangkaan dikarenakan musim tetas telor jangkrim tidak menentu, sehingga menyebabkan terganggung sirkulasi ketersedian jangkrik di pasaran.
“Selain itu kelangkaan juga disebabkan pengiriman jangkrik dari Jawa tersendat. Sejauh ini warga Bangli yang menggeluti budidaya jangkrik bisa dihitung dengan jari, sehingga untuk memenuhi kebutuhan jangkrik harus didatangkan dari luar,” ujarnya, Rabu (21/6/2023).
Di tengah seretnya pasokan, berimbas naiknya harga jangkrik. Dalam kondisi normal harga jangkrik berkisar Rp 45 ribu per kilogram, sedangkan saat ini harga jangkrik Rp 75 ribu per kilogram.
Mang Rai mengaku mengembangbiakan burung kicauan jenis murai batu. Total 30 ekor burung murai batu dipelihara saat ini. Menurut pria yang juga ASN ini burung ini termasuk burung pemakan serangga berukuran sedang. Di tengah kelangkaan mendapatkan jangkrik, maka burung diberi pakan jenis kroto (telur semut rangrang) atau ulat.
“Untuk harga kroto jauh lebih mahal dari jangkrik. Jika tidak ada kroto sebagai pengganti burung kita kasih ulat,“ sebutnya.
Hal senada juga diutarakan penghoby burung Agung Panji. Di tengah kelangkaan jangkrik, dia mengaku berburu jangkrik hingga wilayah Denpasar. Menurutnya kadang jika tidak dapat jangkrik, maka sebagai pengganti burung diberi irisan daging ayam.
“Daging kita iris setipis mungkin kalau tidak dapat asupan jangkrik atau pakan pengganti akan mempengaruhi kondisi burung,” ungkapnya. (750)