BANGLI | patrolipost.com – Menyambut hari raya Nepi Caka 1942 Desa Adat Cempaga, Kelurahan Cempaga Bangli, menyelenggarakan parade ogoh-ogoh. Untuk pembuatan ogoh-ogoh dilarang menggunakan bahan plastik dan styrofoam. Selain itu saat mengarak ogoh-ogoh dilarang menegak minuman keras.
Bendesa Adat Cempaga, I Wayan Nyepek mengatakan untuk parade ogoh-ogoh akan diikuti seluruh banjar adat wewidangan Desa Adat Cempaga yang meliputi banjar adat Gunaksa, Cempaga, Pakuwon, Pande, Brahmana Bukit, Brahmana Pande dan Puri Bukit.
Kata Wayan Nyepek, untuk pembuatan ogoh-ogoh dihindari penggunaan bahan dari plastik dan styrofoam. “Sebagai bentuk penjabaran dari Peraturan Gubernur Nomor 97 tahun 2018 tentang pembatasan timbunan plastik, maka kami telah mengeluarkan imbauan agar dalam pembuatan ogoh-goh menghindari penggunaan bahan dari plastik,” kata Wayan Nyepek, Minggu (8/3/2020).
Selain itu untuk meminimalisasi terjadinya gesekan saat mengarak ogoh-ogoh panitia juga mengimbau agar dalam mengarak ogoh-ogoh dilarang menegak minuuman keras. Kemudian untuk pengamanan akan melibatakan pecalang dari masing-masing banjar.
Sementara untuk parade akan dilaksanakan tepat pada hari pengrupukan dan untuk titik kumpul peserta parade mengambil tempat di jaba pura Kehen.
“Nanti peserta kumpul di jaba Pura Kehen dan secara beriringan meleawati rute yang telah ditentukan,” jelasnya.
Sebut Wayan Nyepek, untuk parade ogoh-ogoh memang rutin dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan ini sebagai wadah menyalurkan kreatifitas seni budaya khususnya kalangan generasi muda.
“Kegiatan ini juga bertujuan memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan kalangan generasi muda antar banjar,” sebutnya.
Terpisah STT Surya Dharma, Banjar Brahmana Pande tahun ini membuat ogoh-ogoh dengan tema “KI Tampak Meles”. Dalam proses pembuatan tanpa menggunakan bahan plastik dan styrofoam.
Menurut Ketua STT Surya Dharma Banjar Adat Brahmana Pande, Ida Bagus Gde Narasuara dalam proses pembuataan ogoh-ogoh bahan yang digunakan ulatan dari bambu, kertas koran dan kertas tisu. Untuk proses pembuatan memakan waktu sekitar 1 bulan lebih.
“Proses pembuatan dimulai awal bulan Februari dan kemungkinan seminggu sebelum hari Pengrupukan pengerjaan ogoh-ogoh sudah tuntas,” ujar IB Gde Narasuara. (750)