SINGARAJA | patrolipost.com – Berbeda dengan darah lain, laporan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Buleleng pada awal tahun 2024 cenderung fluktuatif. Dari data yang dilansir Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng telah mencatat jumlah total pasien yang dirawat akibat DBD sampai Maret 2024 sebanyak 272 orang.
Agar kasus DBD di Buleleng tidak meluas Penjabat (PJ) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana meminta kepada instansi terkait untuk menggencarkan upaya mitigasi dalam rangka mencegah lonjakan kasus DBD seperti di kabupaten lainnya di Bali. Kepada warga, Pj Bupati Lihadnyana mengajak untuk tetap waspada dan bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan meningkatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui penerapan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur).
“Kita lebih mengutamakan upaya memitigasi, preventif, promotif lebih baik dibandingkan kuratif. Misalnya dengan cara fogging setelah itu bersama-sama masyarakat meningkatkan PSN dengan menjaga kebersihan dan 3M plus,” imbuhnya.
Sementara terkait program vaksin DBD, Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr Sucipto Wijaya mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menyusun program vaksin DBD di Buleleng. Justru yang sedang ditunggu untuk segera dilaksanakan yakni program Wolbachia.
“Untuk vaksin DBD kita belum ada programnya. Saat ini kita masih menunggu untuk program Wolbachia yang langsung di handle Kemenkes RI, mudah-mudahan segera dapat diwujudkan,” kata dr Sucipto.
Sementara itu data DBD yang dilansir Dinas Kesehatan Buleleng menyebutkan, jumlah kasus sejak bulan Januari ada 82 kasus, Februari ada 99 kasus, dan Maret ada 91 kasus. Melihat data tersebut dan dibandingkan dengan jumlah DBD pada awal tahun 2023 khususnya dari Januari sampai Maret yang totalnya 381 kasus, terjadi penurunan kasus.
Sedangkan daerah yang paling banyak terserang kasus DBD ada 10 desa/kelurahan tercatat dengan kasus tertinggi. Dari Januari 2024 tercatat Desa Patas, Kecamatan Gerokgak menempati urutan teratas dengan 20 kasus. Disusul Desa Desa Kalibukbuk, Buleleng dengan 14 kasus, Desa Kayu Putih dan Desa Kaliasem masing-masing dengan 13 kasus, Desa Anturan 12 kasus, Desa Pemaron dan Desa Panji masing-masing 11 kasus, Desa Kerobokan ada 9 kasus, Desa Gerokgak ada 7 kasus, serta terakhir ada Desa Celukan Bawang ada 6 kasus.
Dari rentang usia, sejak Januari sampai Maret 2024 tercatat usia 1-4 tahun sebanyak 5,78 persen dari total kasus, usia 5-14 tahun sebanyak 38,15 persen, usia 15-44 tahun sebanyak 41,04 persen, dan usia diatas 44 tahun sebanyak 15,03 persen. (625)