DUBAI | patrolipost.com – Dubai, sebuah kota di gurun yang bangga dengan kilau futuristiknya, pada Kamis (18/4/2024) sibuk membersihkan jalan-jalannya yang tergenang air dan mengeringkan rumah-rumah yang terendam banjir selama dua hari setelah badai terbesar disertai hujan sangat lebat dalam sehari.
Bandara Internasional Dubai, yang merupakan pusat perjalanan utama, berjuang untuk mengatasi tumpukan penerbangan dan banyak jalan masih terendam banjir yang disebabkan hujan lebat pada hari Selasa lalu.
Hujan tersebut merupakan hujan terberat yang dialami Uni Emirat Arab dalam 75 tahun pencatatan. Banjir membuat sebagian besar aktivitas negara terhenti dan menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Banjir membuat warga terjebak di lalu lintas, perkantoran, dan rumah. Banyak yang melaporkan adanya kebocoran di rumah mereka, sementara rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan mal-mal dibanjiri air yang mengalir dari atap.
Melansir reuters, lalu lintas masih sangat terganggu. Jalan raya melalui Dubai dikurangi menjadi satu jalur satu arah, sedangkan jalan utama yang menghubungkan Dubai dengan ibukota Abu Dhabi ditutup ke arah Abu Dhabi.
“Ini tidak seperti yang lain. Ini seperti invasi alien,” kata Jonathan Richards, seorang warga Dubai dari Inggris.
Bandara Dubai belum kembali beroperasi normal setelah badai membanjiri jalur taksi, memaksa pengalihan, penundaan, dan pembatalan penerbangan.
“Saya terbangun suatu pagi dan melihat orang-orang yang memakai kayak dengan anjing peliharaan, kucing peliharaan, dan koper-koper di luar rumah saya,” ungkap salah satu warga Dubai.
Warga lainnya, Rinku Makhecha, mengatakan hujan membanjiri rumahnya yang baru direnovasi, tempat ia pindah dua minggu lalu.
“Seluruh ruang tamu saya seperti… semua perabotan saya mengambang saat ini,” katanya.
Di jalan-jalan Dubai, beberapa kendaraan, termasuk bus, terlihat hampir seluruhnya terendam air. Antrean panjang pun terjadi di SPBU.
Chief Operating Officer Bandara Dubai Majed Al Joker mengatakan kepada Al Arabiya TV bahwa dia memperkirakan Bandara Internasional Dubai akan mencapai kapasitas 60-70% pada akhir Kamis dan kapasitas operasional penuh dalam waktu 24 jam.
Bandara kesulitan menyediakan makanan bagi penumpang yang terdampar karena jalan-jalan di dekatnya terendam banjir dan kepadatan yang berlebihan membatasi akses bagi mereka yang telah mengonfirmasi pemesanan.
Setelah kejadian hari Selasa, timbul pertanyaan apakah penyemaian awan, sebuah proses yang sering dilakukan UEA, dapat menyebabkan hujan lebat. Namun para ahli iklim menyalahkan pemanasan global sebagai penyebab terjadinya cuaca ekstrem tersebut.
Para peneliti mengantisipasi bahwa perubahan iklim akan menyebabkan peningkatan suhu, peningkatan kelembapan, dan risiko banjir yang lebih besar di beberapa wilayah Teluk. Negara-negara seperti UEA yang infrastruktur drainasenya kurang untuk mengatasi hujan lebat adalah negara yang paling terkena dampaknya.
Sebuah lembaga pemerintah UEA yang mengawasi penyemaian awan (sebuah proses memanipulasi awan untuk meningkatkan curah hujan) membantah melakukan operasi semacam itu sebelum badai terjadi.
Presiden Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia telah memerintahkan pihak berwenang untuk menilai kerusakan dan memberikan dukungan kepada keluarga yang terkena dampak badai.
Putra Mahkota Dubai Sheikh Hamdan bin Rashid Al Maktoum mengatakan pada X bahwa keselamatan warga negara, penduduk, dan pengunjung adalah prioritas utama.
“Pada pertemuan dengan pejabat pemerintah di Dubai, kami menetapkan arahan untuk menyiapkan rencana komprehensif dalam menanggapi krisis alam seperti kondisi cuaca saat ini yang tidak terduga,” ujarnya.
Hujan jarang terjadi di UEA dan wilayah lain di Semenanjung Arab, yang biasanya terkenal dengan iklim gurunnya yang kering. Suhu udara di musim panas bisa melonjak hingga di atas 50 derajat Celsius.
Badai tersebut, yang melanda negara tetangga Oman pada hari Minggu, menghantam UEA pada hari Selasa, menewaskan 20 orang di Oman dan satu orang di UEA. (pp04)