Leong Beo, ‘Resto dan Bar’ Dadakan yang Dibuka Semalam untuk Galang Dana di Manggarai

kafe dadakan
Ilustrasi acara 'Leong Beo' di Manggarai. (ist)

BORONG | patrolipost.com – Mendukung pendidikan anak, terutama yang sedang belajar di perguruan tinggi menjadi kepedulian seluruh warga di Manggarai, khususnya warga sekampung sang mahasiswa bersangkutan. Ini bukan tradisi baru, namun sudah ada sejak turun temurun. Banyak orang yang sudah sukses menjadi ASN maupun pegawai swasta asal Manggarai merupakan hasil kepedulian warga sekampung disamping upaya keras orangtuanya yang menjadi penanggung jawab utama.

Leong Beo dalam pelaksanaannya sekilas membuka resto dan bar yang dibuka semalam dan warga sekampung seluruhnya diundang untuk menikmati makanan, minuman dan berjoged menikmati musik yang disajikan.

Bacaan Lainnya

Menu-menu hidangan yang disajikan cukup bervariasi terdiri dari dua atau tiga jenis olahan daging, sesuai dengan skill kuliner ibu-ibu yang memasak. Minumannya merupakan tuak aren asli atau olahannya yang disebut ‘sopi’.

“Hitungan harga makanan dan minuman biasanya jadi satu. Saat ini, satu porsi makanan ditambah sebotol sopi dan sebungkus rokok biasanya dipatok sebesar Rp. 100.000 untuk satu orang dan 150.000 jika hadir bersama istri,” ungkap seorang warga yang meminta identitasnya tidak dimediakan pada sela-sela persiapan acara Leong Beo pada salah satu Kampung di Lambaleda Selatan, Manggarai Timur, Rabu (23/7/2025).

“Jika warga sekampung, katakanlah 90 persen hadir, maka uang yang terkumpul terbilang cukup banyak, bisa mencapai Rp 25 hingga 30 juta,” tambahnya.

Bagi orang Manggarai yang berhasil menempuh pendidikan hingga sarjana, dia akan menjadi kebanggaan bagi warga sekampung. Sebaliknya, jika sudah mempunyai kehidupan yang mapan dan hanya mengingat diri sendiri, maka sosok tersebut akan menjadi bahan gunjingan.

Bahkan, warga kampung menuntut bukan sekadar ide-ide brilian belaka, tetapi aksi nyata dalam membantu warga kampung yang rentan, dengan membantu secara langsung atau menjadi mediator antara warga dengan para donatur maupun pemerintah. Jika tidak membantu secara besar-besaran, maka pilihan lain adalah dengan menjadi orang dengan jiwa sosial tinggi dan tidak pelit.

Acara yang sama ‘Resto dan Bar’ dadakan juga dilakukan untuk mendukung warga kampung yang menyelesaikan acara adat pernikahan yang disebut acara ‘Sokong Roko’. Acara yang dilaksanakan sebagian besar sama, hanya saja tujuan penggunaan dana yang dihasilkan adalah untuk menuntaskan tuntutan adat pernikahan. (pp04)

Pos terkait