NUSA DUA | patrolipost.com – The 9th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) merupakan seminar internasional tahunan yang diselengggarakan Kementerian Keuangan guna mendapatkan pemikiran komprehensif mengenai penguatan produktivitas dan daya saing ekonomi Indonesia dalam konteks menuju Indonesia Emas dan lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah. AIFED ke-9 dengan tajuk “Thriving Indonesia: Reinforcing Strategies to Boost Productivity and Increase Competitiveness” ini digelar selama dua hari 5-6 Desember 2019 di Inaya Putri Bali, Nusa Dua.
Selain dihadiri oleh Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia Suahasil Nazara, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Arif Baharudin, dan Direktur Jenderal Asian Development Bank (ADB) Ramesh Subramaniam, AIFED ke-9 turut menghadirkan berbagai pembicara terkemuka dengan latar belakang akademisi dan kepakaran dari berbagai institusi internasional. Diantaranya Prof Naoyuki Yoshino dari Asian Development Bank Institute, William Maloney dari World Bank Group, Toby Brennan dari Alpha Beta Advisers, dan Dan Andrews dari Australian Treasury.
Dalam pidatonya, Suahasil Nazara menyampaikan tema yang diangkat pada AIFED ke-9 ini dinilai relevan dengan kondisi dimana Indonesia saat ini menyadari bahwa meningkatkan produktivitas dan daya saing sangat krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Sementara itu, di tengah ketidakpastian global saat ini, Indonesia patut berbangga karena dapat tumbuh stabil di kisaran 5%. Akan tetapi, dalam jangka menengah, Indonesia butuh tumbuh lebih tinggi yaitu 6-7% agar dapat terhindar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Suahasil Nazara menyampaikan bahwa pada lima tahun terakhir, Indonesia sudah membangun infrastruktur secara masif.
“Sumber produktivitas yang kedua adalah dari tenaga kerjanya. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa untuk lima tahun berikutnya, Presiden menginginkan perbaikan yang sangat signifikan di dalam kualitas sumber daya manusia,” ujar Suahasil Nazara.
Di Era bonus demografi yang dialami Indonesia saat ini, Indonesia perlu memanfaatkan sumber daya manusia yang produktif serta kemajuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Wamenkeu menekankan bahwa peningkatan kualitas infrastruktur dan sumber daya manusia mutlak diperlukan, salah satunya dengan penyederhanaan aturan dan menciptakan birokrasi yang lebih efisien, baik di dunia pendidikan maupun ekonomi.
“Kita menginginkan dunia universitas bisa bekerja secara bebas, dan mengurangi hambatan-hambatan birokrasi didalam berbagai macam di dunia pendidikan. Termasuk semua ketentuan-ketentuan yang terlalu banyak di dalam manajemen sekolah khususnya.
Sementara itu, Prof Naoyuki Yoshino dari Asian Development Bank Institute (ADBI) melalui pemaparan materi dengan judul “Productivity Growth, Institutions, and Fiscal Policy”, menyampaikan bahwa negara yang terjebak dalam pendapatan kelas menengah disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengadaptasi teknologi. Untuk itu sangat penting bagi negara berkembang termasuk Indonesia melakukan peningkatan Foreign Direct Investment (FDI). Jika FDI sudah masuk, negara dapat mengembangkan teknologinya sendiri. Dari sisi kebijakan fiskal, Indonesia juga dapat memanfaatkan teknologi guna meningkatkan kepatuhan dan mencegah penggelapan pajak.
Di samping sesi keynote speech dan diskusi panel, penyelenggaraan AIFED kali ini juga menghadirkan para tokoh penggerak ekonomi lokal yang dapat meningkatkan produktivitas dan mendorong laju pertumbuhan produktivitas yang lebih tinggi di bidangnya masing-masing. Diantaranya Co-Founder Kerjabilitas.com Tety Nurhayati Sianipar, Co-Founder dan CEO Hara Imron Zuhri serta Kepala Desa Pujon Kidul, Malang Udi Hartoko.
Pada tahun ini, AIFED dilaksanakan atas kerja sama Kementerian Keuangan dengan dukungan dari Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Australia (melalui Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian/PROSPERA), ADB Institute (ADBI), United Nation Children’s Fund (UNICEF), dan Bank Dunia. Penyelenggaraan AIFED tahun ini merupakan yang ke-9 sejak pertama kali diadakan pada tahun 2011.
Forum ini menjadi sarana bagi para akademisi, pelaku usaha dan pembuat kebijakan, agar dapat berkolaborasi, mengidentifikasi tantangan ke depan, serta menyiapkan strategi kebijakan yang tepat, untuk memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan kemajuan teknologi guna mewujudkan Indonesia menjadi negara maju.
Dalam acara ini juga dilakukan soft launching laporan hasil studi bersama Kemenkeu dengan ADB berjudul “Innovate Indonesia: Unlocking Growth Through Technological Transformation”. (cr01)