ADEN | patrolipost.com – Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan terhadap 36 sasaran Houthi di Yaman, pada hari kedua operasi besar AS terhadap kelompok-kelompok yang terkait dengan Iran menyusul serangan mematikan terhadap pasukan Amerika akhir pekan lalu.
Pentagon menyatakan, serangan pada Sabtu (3/2/2024) malam itu menghantam fasilitas penyimpanan senjata, sistem rudal, peluncur, dan kemampuan lain yang terkubur yang digunakan Houthi untuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah, pihaknya menargetkan 13 lokasi di seluruh negeri.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan serangan itu “tidak akan terjadi tanpa tanggapan dan konsekuensi.” Sarea menyatakan melalui media sosial bahwa kelompok tersebut akan terus melanjutkan tindakannya.
“Serangan-serangan ini tidak akan menghalangi kami dari sikap etis, agama, dan kemanusiaan kami dalam mendukung ketahanan rakyat Palestina di Jalur Gaza,” kata Sarea.
Fatimah, seorang warga Sanaa yang dikuasai Houthi menyatakan bahwa sudah bertahun-tahun dia tidak merasakan ledakan serupa di negara yang telah menderita perang selama belasan tahun.
“Bangunan tempat saya tinggal berguncang,” kata Fatimah.
Pasca serangan tersebut, kelompok Houthi tidak mengumumkan adanya korban jiwa. Serangan di Yaman ini berjalan paralel dengan kampanye pembalasan AS yang sedang berlangsung atas pembunuhan tiga tentara Amerika dalam serangan pesawat tak berawak oleh militan yang didukung Iran di sebuah pos terdepan di Yordania seminggu yang lalu.
Pada hari Jumat (3/2/2024), AS melancarkan gelombang pertama pembalasan tersebut, menyerang lebih dari 85 sasaran di Irak dan Suriah yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan milisi yang didukungnya, dan dilaporkan menewaskan hampir 40 orang.
Kekerasan tersebut menambah kekhawatiran akan potensi eskalasi lebih lanjut. Iran yang merupakan pendukung Hamas, sejauh ini menghindari peran langsung apapun dalam konflik tersebut ketika kelompok-kelompok yang didukungnya telah memasuki konflik di Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon.
Mahjoob Zweiri, Direktur Pusat Studi Teluk di Universitas Qatar, tidak mengharapkan adanya perubahan dalam pendekatan Iran bahkan setelah serangan terbaru AS.
“Mereka menjaga musuh tetap di belakang perbatasan, jauh. Mereka tidak tertarik pada konfrontasi militer langsung yang mungkin mengarah pada serangan terhadap kota atau tanah air mereka. Mereka akan mempertahankan status quo tersebut,” kata Mahjoob mengutip Reuters.
Kementerian luar negeri Iran mengatakan serangan terbaru di Yaman adalah “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional yang dilakukan Amerika Serikat dan Inggris”. Dia memperingatkan bahwa kelanjutan serangan semacam itu merupakan “ancaman yang mengkhawatirkan terhadap perdamaian dan keamanan internasional”.
Pentagon mengatakan pihaknya tidak menginginkan perang dengan Iran dan tidak yakin Teheran juga menginginkan perang. Partai Republik di AS telah memberikan tekanan kepada Presiden Joe Biden, seorang Demokrat, untuk memberikan pukulan langsung terhadap Iran.
Sekitar pukul 4 pagi di Yaman (01.00 GMT) pada hari Minggu, militer AS juga menyerang rudal jelajah anti-kapal Houthi yang siap diluncurkan.
Perusahaan pelayaran besar sebagian besar telah meninggalkan jalur pelayaran Laut Merah untuk rute yang lebih panjang mengelilingi Afrika. Hal ini telah meningkatkan biaya, menambah kekhawatiran terhadap inflasi global, sekaligus menghambat pendapatan penting Mesir dari penggunaan Terusan Suez.
AS telah melancarkan lebih dari selusin serangan terhadap sasaran Houthi dalam beberapa minggu terakhir. (pp04)