QUITO | patrolipost.com – Orang-orang bersenjata dengan bahan peledak menyerbu sebuah stasiun TV yang sedang mengudara di Ekuador pada hari Selasa (9/12024) dalam gelombang kekerasan di seluruh negara.
Hal ini mendorong Presiden Daniel Noboa menyebut 22 geng sebagai organisasi teroris yang akan diburu oleh militer.
Polisi menangkap 13 pria yang menyerbu studio TC saat siaran langsung, sementara di tempat lain setidaknya tujuh petugas polisi diculik dan terjadi beberapa ledakan.
“Syukurlah, kami masih hidup, karena ini adalah serangan yang sangat kejam,” kata Jorge Rendon, wakil direktur program berita yang disela, mengutip reuters.
Noboa, yang mulai menjabat pada bulan November dan berjanji untuk membendung kekerasan terkait narkoba. Noboa pun mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari pada hari Senin lalu sebagai respons terhadap kekerasan di penjara. Terjadi penyanderaan penjaga oleh narapidana dan kaburnya pemimpin geng Los Choneros, Adolfo Macias akhir pekan lalu.
Dalam keputusan yang direvisi pada hari Selasa, Noboa mengakui adanya konflik bersenjata internal dan mengidentifikasi hampir dua lusin geng sebagai kelompok teroris, termasuk Los Choneros.
Pemerintah Ekuador mengatakan kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap rencana Noboa untuk membangun penjara baru dengan keamanan tinggi dan memindahkan para pemimpin geng yang dipenjara.
“Mereka telah menciptakan gelombang kekerasan untuk menakut-nakuti masyarakat,” kata Laksamana Jaime Vela, kepala komando gabungan angkatan bersenjata, seraya menambahkan bahwa keputusan tersebut menjadikan geng-geng tersebut sebagai sasaran militer.
Pemindahan pemimpin geng ke penjara secara historis telah menyebabkan kekerasan, dengan ratusan narapidana terbunuh dalam beberapa tahun terakhir. Perang geng tersebut terkait jalur penyelundupan kokain yang menguntungkan juga telah memicu ketidakstabilan.
Peru mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasannya dengan Ekuador, sementara negara-negara Amerika Selatan lainnya seperti Brazil, Kolombia dan Chile semuanya menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Noboa, dan Tiongkok menutup kedutaan dan konsulatnya sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Invasi Langsung
Pengambilalihan studio TC di Guayaquil disiarkan sekitar 20 menit. Pria-pria yang mengenakan balaclava dan sebagian besar berpakaian hitam memegang senjata dan menyapa para staf yang berkerumun di lantai. Suara tembakan dan teriakan terdengar dan beberapa penyerang menunjuk ke arah kamera.
“Mereka menembak salah satu juru kamera kami di kaki, mematahkan lengan juru kamera lainnya. Mereka menembakkan peluru,” ujar Rendon dari stasiun televisi tersebut.
“Polisi datang beberapa menit kemudian, mengepung stasiun TV dan unit taktis turun tangan,” sambungnya.
TC mengudara secara nasional berbagi situs dengan lembaga penyiaran publik lainnya, Gamavision dan beberapa stasiun radio.
Polisi mengatakan mereka menyita bahan peledak dan senjata api, dan memperlihatkan gambar para pemuda yang berlutut dengan tangan terikat.
Saluran tersebut kembali mengudara untuk siaran berita malamnya, dan pembawa berita mengatakan bahwa staf kantor kejaksaan agung sedang berada di lokasi untuk mengumpulkan bukti. Sementara itu, dua karyawan terluka.
Di kota Selatan Machala, Quito dan Provinsi Los Rios, tujuh petugas polisi diculik dalam tiga insiden. Tiga petugas yang ditangkap di Machala dibebaskan pada Selasa malam dan sepuluh penangkapan telah dilakukan. (pp04)