SINGARAJA | patrolipost.com – Pasca terbakarnya gedung SD 3 Patas, Rabu (25/12) lalu pihak sekolah belum memiliki ruang untuk menampung siswa untuk proses belajar mengajar. Tiga lokal yang ludes dilalap si jago merah masih menyisakan puing, sementara siswa mulai sekolah setelah libur semester. Sebagai antisipasi, proses belajar mengajar siswa akan dibagi menjadi dua shift pagi dan sore.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng Gede Darmaja mengatakan, untuk mengatasi kekurangan ruang belajar, ia berkoordinasi dengan kepala sekolah SD 3 Patas untuk sementara membagi shift belajar siswa menjadi pagi dan sore. Menurut Darmaja, cara itu merupakan satu-satunya solusi untuk mengatasi kekurangan ruang belajar pasca terbakar.
“Tidak ada lain kita bagi dua jadwal belajarnya. Sebagian pagi dan sisanya sore,” kata Darmaja, Senin (6/1/2020) di sela mengunjungi SD 3 Patas. Pembagian kelas itu akan berlangsung selama ruang kelas yang terbakar rampung dibangun.
Hanya saja, Gede Darmaja belum bisa memastikan batas waktu mengingat membangun kembali kelas yang terbakar membutuhkan waktu, selain menyiapkan peralatan meja kursi.
“Untuk tahap awal kita akan cek dulu kekuatan tembok sisa bangunan yang terbakar. Setelah itu baru akan tentukan langkah, membangun baru atau cukup menggunakan bangunan lama dengan hanya menambah atap saja,” tandas Darmaja.
Sementara itu, Kapolsek Gerokgak Kompol Made Widana mengaku belum menerima hasil penyelidikan Labfor Polda Bali soal penyebab terbakarnya bangunan SD 3 Patas. “Belum. Kami belum terima hasil uji labfor yang menjadi penyebab kebakaran di SD 3 Patas,” ujarnya.
Berita sebelumnya, tepat hari Natal (25/12) lalu, sebagian bangunan SD 3 Patas mengalami kebakaran hebat. Selain meludeskan ruang kelas, api juga merembet hingga ke ruang guru termasuk perpustakaan, komputer dan buku penting seperti Kurikulum13 (K13) ikut ludes dilalap api.
Bahkan dokumen milik salah satu guru kontrak, Ida Purnawati (33) data untuk perpanjangan dokumen kontrak dan melamar PNS ikut terbakar. Diantaranya ijazah asli SD, SMP, SMA dan S1 ikut musnah bersama data penunjang lainnya. Ada juga dokumen laporan dana BOS sekolah serta beberapa piagam milik guru turut terbakar. Akibat peristiwa itu, total kerugian ditaksir mencapai Rp 800 juta. (625)