Paus Kecam Ideologi yang Tidak Fleksibel Setelah Keputusan Pemberkatan Sesama Jenis

paus fransiskus
Paus Fransiskus memimpin audiensi untuk menyampaikan pesan Natal kepada para pekerja Vatikan di Aula Paulus VI di Vatikan. (ist)

VATICAN CITY | patrolipost.com – Paus Fransiskus memberi peringatan terhadap posisi ideologis yang tidak fleksibel yang dapat menghalangi Gereja untuk melihat kenyataan dan bergerak maju.

Paus berbicara pada Kamis (21/12/2023), beberapa hari setelah deklarasi yang mengizinkan pemberkatan bagi pasangan sesama jenis yang dikutuk oleh kaum konservatif.

Bacaan Lainnya

Paus Fransiskus, yang berulang tahun ke-87 pada hari Minggu lalu dan menyampaikan komentarnya dalam ucapan selamat Natal tradisionalnya kepada anggota Kuria, pemerintahan pusat Vatikan.

Pada tahun-tahun awal masa kepausannya, Paus Fransiskus menjadikan ucapan selamat Natal sebagai kesempatan untuk melontarkan kritik pedas terhadap birokrasi, dengan menyoroti apa yang pada saat itu ia sebut sebagai “penyakit”.

Ia menyebutkan perdebatan yang terus berlanjut antara kaum progresif dan konservatif 60 tahun setelah Konsili Vatikan Kedua, yang mengantarkan Gereja memasuki dunia modern.

“Mari kita tetap waspada terhadap posisi ideologis kaku yang seringkali berkedok niat baik, memisahkan kita dari kenyataan dan menghalangi kita untuk bergerak maju,” ujarnya.

“Sebaliknya, kita dipanggil untuk berangkat dan melakukan perjalanan, seperti orang Majus, mengikuti cahaya yang selalu ingin menuntun kita, terkadang melalui jalan yang belum dijelajahi dan jalan baru,” katanya.

Pada hari Senin lalu, Paus Fransiskus pun menyetujui keputusan bahwa para imam dapat memberikan pemberkatan kepada pasangan sesama jenis dalam kondisi tertentu dan selama mereka tidak menyerupai pernikahan dan bukan bagian dari ritual atau liturgi Gereja.

Meskipun keterbukaan Paus untuk memberkati pasangan sesama jenis disambut baik oleh banyak orang, kelompok konservatif mengatakan hal itu dapat menggoyahkan fondasi iman dan bahkan menyebabkan perpecahan dalam Gereja.

Sejak para kardinal lain memilihnya 10 tahun yang lalu, Paus Fransiskus telah berusaha membuat Gereja lebih ramah terhadap orang-orang yang merasa dikucilkan, seperti anggota komunitas LGBT, namun tanpa mengubah satu bagian pun dari ajaran Gereja mengenai isu-isu moral.

Dia mengatakan pada pertemuan hari Kamis bahwa umat Kristiani harus selalu gelisah dan terbuka terhadap perubahan.

“Iman Kristen, mari kita ingat,  tidak dimaksudkan untuk menegaskan rasa aman kita, untuk membuat kita nyaman dalam kepastian agama, dan untuk menawarkan jawaban cepat terhadap permasalahan hidup yang kompleks,” katanya.

“Dia (Tuhan) mengirim kita dalam sebuah perjalanan, menarik kita keluar dari zona nyaman kita, rasa puas diri kita terhadap apa yang telah kita lakukan, dan dengan cara ini Dia membebaskan kita,” tutup Paus Fransiskus. (pp04)

Pos terkait