BANGLI | patrolipost.com – Pipa induk transmisi milik Perumda Air Minum Tirta Danu Arta di Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Bangli pecah. Imbasnya ribuan pelanggan di 4 desa alami krisis air. Pihak Perumda telah turun lakukan perbaikan.
Kabag Tenik Perumda Air Minum Tirta Danu Arta Bangli, Ida Bagus Peranawa saat dikonfirmasi membenarkan terjadinya kerusakan jaringan pipa yakni pecahnya pipa induk transmisi di Desa Belantih, Kecamatan Kintamani.
”Kejadian terdeteksi kemarin dan teknisi kami sudah turun lakukan perbaikan,” ungkapnya, Minggu (7/8/2022).
Kata Ida Bagus Perenawa, pecahnya pipa transmisi memang kerap terjadi, hal ini tidak terlepas usia pipa transmisi yang sudah tua, sehingga sedikit saja tekanan air meningkat pipa akan pecah.
“Pada kejadian kemarin pipa yang pecah ada di dua titik dan proses pergantian pipa sedang berjalan,” ujar Kabag Teknik asal Banjar/Lingkungan Sidembunut, Kelurahan Cempaga, Bangli ini.
Lanjut Ida Bagus Prenawa untuk perbaikan memang butuh waktu, walaupun perbaikan pipa yang pecah sudah kelar pihaknya terus lakukan pemantauan karena tidak menutup kemungkinan ada jaringan pipa di titik lain juga pecah.
Sebut Ida Bagus Prenawa, imbas dari pecahnya pipa induk transmisi menyebakan suplay air di empat desa yakni, Desa Kintamani, Batur Utara, Batur Tengah dan Batur Selatan terganggu.
“Total jumlah pelannggan di 4 desa sekitar 2.800 pelanggan,” ungkapnya seraya menambahkan menunggu proses perbaikan kelar dan lihat kondisi pasca perbaikan maka pasokan air ke pelanggan dilakukan dengan pola bergilir.
Sebutnya hari Minggu (7/8/2022) dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00 Wita wilayah yang dapat layanan air dari Kantor Pelayanan Air Minum Tirta Danu Arta Unit Kintamani ke Selatan sampai Banjr Petung, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani.
Sedangkan untuk hari Senin (8/8/2022) dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00 Wita dari Kantor Pelayanan Air Minum Tirta Danu Arta sampai Banjat Tandang, Kintamani.
”Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan kami berusaha perbaikan bisa secepatnya kelar,” ujar Ida Bagus Prenawa. (750)