SEMARAPURA | patrolipost.com – Bertepatan dengan persembahyangan Hari Suci Saraswati ada aktifitas siswa yang menarik di halaman SMA Pariwisata Saraswati (Smapsa) pada Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (16/12/2023). Sebanyak 150 siswi Smapsa Klungkung pentas Tari Rejang Dewa saat acara sakral digelar sekaligus ritual Agung Mecaru Manca Kelud.
Pantauan di lokasi sekolah tampak prosesi persembahyangan Saraswati di sekolah yang sangat sarat prestasi yang berlokasi di Kelurahan Semarapura Tengah, Kecamatan Klungkung.
Wali yang dimulai pukul 10.00 Wita, dengan gelaran Macaru Panca Kelud, melaspas gedung baru, dan melaspas gambelan yang baru selesai diperbaharui.
Ketika ritual upacara Agung Mecaru Manca Kelud tersebut berlangsung diiringi kidung dan dipentaskan Tari Topeng. Diawali Tari Topeng Keras, kemudian Tari Topeng Tua, Topeng Kenyung Manis, Topeng Penasar, Topeng Wijil, Topeng Dalem/Arsa Wijaya. Setelah selesai pentas Topeng Dalem, sebanyak 150 penari Rejang Dewa langsung memasuki halaman sekolah. Mereka pentas dengan posisi menghadap ke timur.
Pegelaran Tari Rejang Dewa juga pentas bersamaan di depan Padmasana sekolah. Untuk Tari Rejang Dewa di depan Padmasana dipentaskan oleh murid TK. Sehingga konsepnya membentuk 4 formasi (nyatur). Dilanjutkan pentas Tari Rejang Renteng sebanyak 20 orang penari oleh para guru, dan terakhir Topeng Sidakarya.
Upacara ini dipuput oleh 2 sulinggih, yakni Ida Pedanda Buda dari Gria Wanasari, Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Karangasem dan Ida Pedanda Gede Karang Keniten, dari Gria Kanginan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Sementara itu dihubungi terpisah Kasek Smapsa Klungkung, I Gusti Made Suberata MAg, mengatakan sekolah menggelar upacara yang ukup besar , yakni melaspas dan macaru ini diharapkan ke depan mudah-mudahan diselaraskan antara kekuatan sekala dan niskala.
“Astungkara sekolah kita semakin aman, tenteram, damai, dan semua warga sekolah bisa sagilik, saguluk, salunglung, sabayantaka,” ujar kepala sekolah yang terkenal disiplin dalam mengelola pendidikan.
Menariknya dalam gelaran spektakuler penari topeng sekaligus penggagas Tari Rejang massal, I Putu Suardi Saputra menyatakan, awalnya semua siswi Smapsa sebanyak 500 orang akan diikutkan pentas Tari Rejang Dewa tersebut. Namun, karena waktu yang mendesak dan ada ulangan umum maka diputuskan hanya 150 orang penari.
“Kita bentuk 4 formasi lingkaran atau disebut nyatur,” ujar pria Putu Suardi Saputra optimis.
Menurutnya dalam gelaran konsep formasi tersebut guru Seni Budaya Smapsa ini, pihaknya berkolaborasi bersama Ni Made Suginiwati (guru Bahasa Bali Smapsa). Karena keterbatasan waktu, maka latihan dilakukan secara mandiri-mandiri saja. Kendala yang dihadapi untuk latihan gabungan di antaranya faktor cuaca, disamping itu siswa menghadapi ulangan umum.
“Latihan gabungan baru bisa dilakukan di halaman sekolah H-1 Hari Suci Saraswati, Jumat (15/12/2023). Itu dilakukan hanya sekali saja dan langsung pentas gelaran massal,” pungkasnya. (855)